Kehidupan para sahabat yang berkaitan dengan
keteguhan iman, ketakwaan, kezuhudan dan budi pekerti luhur. Oleh karena setiap
orang yang meneliti kehidupan rohani dalam islam tidak dapat mengabaikan
kehidupan kerohanian para sahabat yang menumbuhkan kehidupan sufi diabad-abad
sesudahnya.
Abu Nasr as-Sarraj at-Tusi menulis didalam
bukunya, Kitab al-Luma`, tentang ucapan Abi Utbah al-Hilwani (salah seorang
tabiin) tentang kehidupan para sahabat:” Maukah saya beritahukan kepadamu
tentang kehidupan para sahabat Rasulullah SAW?
Pertama, bertemu kepada Allah lebih mereka sukai dari pada kehidupan duniawi. Kedua, mereka tidak takut terhadap musuh, baik musuh itu sedikit maupun banyak. Ketiga, mereka tidak jatuh miskin dalam hal yang duniawi, dan mereka demikian percaya pada rezeki Allah SWT.”
Pertama, bertemu kepada Allah lebih mereka sukai dari pada kehidupan duniawi. Kedua, mereka tidak takut terhadap musuh, baik musuh itu sedikit maupun banyak. Ketiga, mereka tidak jatuh miskin dalam hal yang duniawi, dan mereka demikian percaya pada rezeki Allah SWT.”
1.Sayyidina Abu Bakar as siddiq ra.
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud "Sebaik-baik manusia
adalah yang paling bermanfaat kepada manusia" - Hadis Riwayat Jabir bin
Abdullah
“Abu Bakar mengungguli kamu semua bukan kerana
banyaknya sembahyang dan banyaknya puasa, tapi kerana sesuatu yang bersemayam
di hatinya.” (Hadis Riwayat at-Tirmidzi dan Imam Ghazali di Ihya’ Ulumuddîn)
Setiap malam Jumaat, selesai sembahyang Isyak,
tubuh yang dibalut jubah kasar itu duduk berzikir. Kepalanya menunduk sangat
rendah sampai menyentuh lutut. Begitu khusyuk dan khidmat, tidak sedikit pun
bergerak untuk mendongak. Menjelang fajar terbit, kepalanya baru diangkat,
menghela nafas yang panjang dan tersendat-sendat. Seluruh aroma di ruangan itu
berubah. Tercium bau hati yang terpanggang.
Itulah ibadah khusus Abu Bakar
Radhiallâhu’anhu yang diceritakan oleh isteri beliau setelah mendapat
permintaan dari Umar bin al-Khatthab. Umar menitikkan air mata, terharu
mendengar cerita dari isteri pendahulunya itu. “Bagaimana putra al-Khatthab
boleh memiliki hati yang terpanggang,” ujarnya. Hati yang terbakar oleh rasa
takut melihat kebesaran Allah, terbakar oleh rasa cinta kerana memandang
keindahan Allah, juga terbakar oleh harapan yang
memuncak akan kasih sayang Allah.
Abu Bakar ash-Siddiq r.a dinobatkan sebagai
orang terbaik dari kalangan umat Rasulullah Muhammad
SAW. Rasulullah SAW juga menobatkannya khalîl atau kekasih terdekat bagi
beliau. Faktor utamanya bukan kerana banyaknya amal yang beliau lakukan, tapi
kerana hatinya. Hatinya diserahkan khusus untuk Allah dan Rasul-Nya.
Pada saat Rasulullah SAW mengumumkan agar kaum
Muslimin menyumbangkan harta mereka untuk dana perang menentang tentera Rom di
Tabuk, Abu Bakar membawa seluruh hartanya kepada Rasulullah SAW.
“Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?”
tanya Rasulullah kepada Abu Bakar.
“Allah dan Rasul-Nya?” jawab Abu Bakar tanpa
keraguan sedikit pun.
Inilah ketulusan hati Abu Bakar.
Sayidina Abu Bakar As-Siddiq berkata kepada
para sahabat,"Sesungguhnya aku telah mengatur urusan kamu, tetapi aku
bukanlah orang yang paling baik di kalangan kamu maka berilah pertolongan
kepadaku. Kalau aku bertindak lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku
menyeleweng maka betulkanlah aku!"
“Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya
dengan sepenuh hati tak meninggalkan apa pun melainkan apa yang ia cintai,”
demikian disebut oleh Imam al-Ghazali tentang kisah beliau ini.
Ketulusan sepenuh hati itu membawa Abu Bakar
SAW menjadi orang yang paling makrifat kepada Allah di antara umat Rasulullah
SAW yang lain.
Abu Bakar Radhiallâhu’anhu mengorbankan segalanya untuk Allah dan Rasulullah SAW hingga, hidupnya begitu miskin setelah mengucapkan ikrar Islam di hadapan Rasulullah padahal, sebelumnya Abu Bakar adalah saudagar yang disegani di Quraisy.
Abu Bakar Radhiallâhu’anhu mengorbankan segalanya untuk Allah dan Rasulullah SAW hingga, hidupnya begitu miskin setelah mengucapkan ikrar Islam di hadapan Rasulullah padahal, sebelumnya Abu Bakar adalah saudagar yang disegani di Quraisy.
Abdullah bin Umar bercerita: Suatu ketika
Rasulullah SAW duduk. Di samping beliau ada Abu Bakar memakai jubah kasar, di
bahagian dadanya ditutupi dengan tambalan. Malaikat
Jibril turun menemui Rasulullah SAW dan menyampaikan salam Allah kepada Abu
Bakar. “Hai Rasulullah, kenapa aku lihat Abu Bakar memakai jubah kasar dengan
tambalan penutup di bagian dadanya?” tanya Malaikat Jibril.
“Ia telah menginfakkan hartanya untukku
sebelum Penaklukan Makkah.” Sabda beliau “Sampaikan kepadanya salam dari Allah
dan sampaikan kepadanya: Tuhanmu bertanya: Apakah engkau rela dengan
kefakiranmu ini ataukah tidak rela?”
Rasulullah SAW menoleh kepada Abu Bakar. “Hai
Abu Bakar, ini Jibril menyampaikan salam dari Allah kepadamu, dan Allah
bertanya: Apakah engkau rela dengan kefakiranmu ini ataukah tidak rela?”
Abu Bakar menangis: “Apakah aku akan murka
kepada (takdir) Tuhanku!? (Tidak!) Aku redha dengan (takdir) Tuhanku, Aku redha
akan (takdir) Tuhanku.”
Semua miliknya habis dikorbankan untuk Allah dan
Rasulullah SAW.
Inilah cinta yang hakiki. Cinta yang
mengorbankan segalanya untuk Sang Kekasih, dia tak memerlukan apa-apa lagi
selain Dia di hatinya. “Orang yang merasakan kemurnian cinta kepada Allah, maka
cinta itu akan membuatnya berpaling dari pencarian terhadap dunia dan
membuatnya merasa tidak asyik bersama dengan segenap manusia.”
Demikian untaian kalimat tentang tasawuf cinta yang pernah terucap dari mulut mulia Sayidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a.
Demikian untaian kalimat tentang tasawuf cinta yang pernah terucap dari mulut mulia Sayidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a.
Oleh kerana itu, Sayidina Abu Bakar r.a
memilih zuhud sebagai jalan hidup utama beliau. Dunia bukanlah matlamat utama
yang hendak dinikmati, tapi godaan yang harus dihindari. Faktor utama yang
menyebabkan manusia lupa kepada Allah adalah kesukaannya terhadap hal-hal
duniawi.
Faktor utama yang menyebabkan manusia mendurhakai Allah juga adalah cinta dunia. Cinta atau gila dunia merupakan ibu dari segala kesalahan yang dilakukan manusia
Faktor utama yang menyebabkan manusia mendurhakai Allah juga adalah cinta dunia. Cinta atau gila dunia merupakan ibu dari segala kesalahan yang dilakukan manusia
Abu Bakar As-Shiddiq merupakan sahabat
Rasulullah SAW yang sangat istimewa. Selain setia pada Rasulullah, dalam
dirinya juga menonjol sifat jujur dan bijaksana. Ia juga selalu berkata yang
benar sehingga dijuluki dengan as-shiddiq (orang yang jujur). Abu Bakar sangat
jujur dalam mengemban amanat dan bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan.
Selama menjadi khalifah, ia selalu
memperhatikan rakyatnya. Hidupnya sangat sederhana dan tidak pernah menggunakan
fasilitas negara untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya. Dikisahkan,
ketika Khalifah Abu Bakar merasa ajalnya hampir datang menjemput, beliau
memanggil putri tercintanya,
Siti Aisyah, untuk menyampaikan sebuah wasiat. ''Wahai Aisyah putriku, aku telah diserahi urusan kaum Muslimin, aku telah memakan makanan yang sederhana dan aku juga telah memakai pakaian yang sederhana dan kasar.
Siti Aisyah, untuk menyampaikan sebuah wasiat. ''Wahai Aisyah putriku, aku telah diserahi urusan kaum Muslimin, aku telah memakan makanan yang sederhana dan aku juga telah memakai pakaian yang sederhana dan kasar.
Yang tersisa dari harta kaum Muslimin padaku
adalah seekor unta, seorang pelayan (pembantu) rumah tangga, dan sehelai
permadani yang sudah usang. Kalau aku wafat, kirimkan semuanya kepada Umar bin
Khattab. Karena, aku tidak ingin menghadap Allah sedangkan di tanganku masih ada
harta kaum Muslimin walaupun sedikit,'' demikian wasiat Abu Bakar kepada
putrinya.
Ada beberapa hal yang bisa ditarik dari wasiat itu. Pertama, gambaran bahwa seorang pemimpin tidak boleh menggunakan fasilitas umat (negara) untuk kepentingan pribadi dan keluarga. Hidup sederhana merupakan keharusan pemimpin. Hidup sederhana seperti ini sulit dilakukan bila keimanan tidak melekat pada diri sang pemimpin.
Ada beberapa hal yang bisa ditarik dari wasiat itu. Pertama, gambaran bahwa seorang pemimpin tidak boleh menggunakan fasilitas umat (negara) untuk kepentingan pribadi dan keluarga. Hidup sederhana merupakan keharusan pemimpin. Hidup sederhana seperti ini sulit dilakukan bila keimanan tidak melekat pada diri sang pemimpin.
Rasulullah SAW bersabda, ''Tidak dikatakan
seorang itu beriman apabila tidak amanat dan tidak dikatakan beragama seseorang
yang tidak berakal.'' (HR Dailami). Kedua, Khalifah Abu Bakar merupakan salah
seorang tipe pemimpin yang sangat bertanggung jawab. Sebagai bukti, meskipun
ajal hampir datang menjemput, ia masih juga memikirkan harta umat, amanat kaum Muslimin.
Padahal, apalah artinya seekor unta, seorang budak, dan sehelai permadani yang sudah usang dibandingkan dengan kekuasaan besar yang digenggamnya. Namun, itulah bukti nyata bahwa Abu Bakar adalah pemimpin yang selalu mengutamakan amanat dan tanggung jawab tanpa melihat nilai yang terkandung pada barang-barang itu.
Padahal, apalah artinya seekor unta, seorang budak, dan sehelai permadani yang sudah usang dibandingkan dengan kekuasaan besar yang digenggamnya. Namun, itulah bukti nyata bahwa Abu Bakar adalah pemimpin yang selalu mengutamakan amanat dan tanggung jawab tanpa melihat nilai yang terkandung pada barang-barang itu.
Sikap dan perilaku Abu Bakar yang demikian
sebenarnya tidak mengherankan apabila mengingat hadis Rasulullah yang berbunyi,
''Barang siapa diserahi kekuasaan (tanggung jawab) urusan manusia lalu
menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang yang membutuhkannya,
maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat.'' (HR Ahmad). Hanya pemimpin yang beriman dan punya hati nuranilah yang mampu memahami pesan yang tersirat pada wasiat yang disampaikan oleh Khalifah Abu Bakar Shiddiq tersebut.
Perangai pemimpin yang demikianlah harapan seluruh umat. Semoga lahir abu bakar-abu bakar modern yang memiliki sifat jujur dan amanah, sebagai pemimpin masa depan yang kita dambakan.
maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat.'' (HR Ahmad). Hanya pemimpin yang beriman dan punya hati nuranilah yang mampu memahami pesan yang tersirat pada wasiat yang disampaikan oleh Khalifah Abu Bakar Shiddiq tersebut.
Perangai pemimpin yang demikianlah harapan seluruh umat. Semoga lahir abu bakar-abu bakar modern yang memiliki sifat jujur dan amanah, sebagai pemimpin masa depan yang kita dambakan.
2.Sayyidina Umar bin Khattab
Umar Bin Khattab RA, orang-orang muslim
mengenalnya sebagai salah seorang sahabat dekat Rasulullaah Muhammad Shallaahu
Alaihi Wassalaam. Salah seorang al-Khulafa’ ar-Rasyidun – para pemimpin terbaik
– selain Abu Bakar, Ali Bin Abi Thalib dan Utsman Bin Affan. Mereka adalah para
pemimpin yang tidak perlu melakukan kampanye merebut hati rakyat agar bisa
menjadi pemimpin,
mereka adalah orang orang yang menganggap kursi kepemimpinan bukan sebagai sebuah anugerah atau sebuah karir atau sebuah pengakuan atas puncak prestasi, mereka adalah orang orang yang menganggap kekuasaan adalah sebuah amanah yang harus dipertanggungjawaban kelak di hadapan Pemimpin Para Pemimpin, siapa lagi jika bukan Tuhan Yang Maha Kuasa.
mereka adalah orang orang yang menganggap kursi kepemimpinan bukan sebagai sebuah anugerah atau sebuah karir atau sebuah pengakuan atas puncak prestasi, mereka adalah orang orang yang menganggap kekuasaan adalah sebuah amanah yang harus dipertanggungjawaban kelak di hadapan Pemimpin Para Pemimpin, siapa lagi jika bukan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ini adalah sebuah kisah tentang seorang
pemimpin teladan yang seharusnya menjadi cermin dan panutan para pemimpin saat
ini, karena sungguh telah kita lihat dengan mata kepala sendiri, di jaman
sekarang sangat sulit kita temukan tipe pemimpin yang benar benar layak disebut
sebagai seorang pemimpin.
Sosok pemimpin Islam yang menjadi Khalifah
kedua, dialah Umar bin Khattab r.a. Umar bin Khattab ini masuk dalam Islam
berkat hidayah dari Allah yang pertama, yang kedua berkat doa Rasulullah SAW
dan yang ketiga berkat adiknya Fatimah yang terlebih dulu menjadi pengikut Nabi
Muhammad SAW berkat lantunan ayat suci Al-Qur'an yang dibacanya.
Doa Rasulullah kala itu adalah,
"Semoga Allah memberi kejayaan pada Islam
dengan masuknya Umar ke dalam Islam."
Dan Allah SWT pun mengabulkan doa tersebut.
Khalifah Umar dan rakyat sebuah teladan bagi seorang
pemimpin umat.
Pada suatu malam, sudah menjadi kebiasaan
bahwa Khalifah Umar bin Khattab sering berkeliling mengunjungi, menginvestigasi
kondisi rakyatnya dari dekat.
Nah, pada suatu malam itu, ia menjumpai sebuah
gubuk kecil yang dari dalam terdengar suara tangis anak-anak. Ia pun mendekat
dan mencoba untuk memperhatikan dengan seksama keadaan gubuk itu.
Ternyata dalam gubuk itu terlihat seorang ibu
yang sedang memasak, dan dikelilingi oleh anak-anaknya yang masih kecil.
Si ibu berkata kepada anak-anaknya,
"Tunggulah...! Sebentar lagi makanannya
matang."
Sang Khalifah memperhatikan dari luar, si ibu
terus menerus menenangkan anak-anaknya dan mengulangi perkataannya bahwa
makanan yang dimasaknya akan segera matang.
Sang Khalifaf menjadi sangat penasaran, karena
yang dimask oleh ibu itu tidak kunjung matang, padahal sudah lama dia
memasaknya.
Akhirnya Khalifah Umar memutuskan untuk
menemui ibu itu,
"Mengapa anak-anakmu tidak juga berhenti
menangis, Bu..?" tanya Sang Khalifah.
"Mereka sangat lapar," jawab si ibu.
"Kenapa tidak cepat engkau berikan
makanan yang dimasak dari tadi itu?" tanya Khalifah.
"Kami tidak ada makanan. Periuk yang dari
tadi aku masak hanya berisi batu untuk mendiamkan mereka. Biarlah mereka
berfikir bahwa periuk itu berisi makanan, dengan begitu mereka akan berhenti
menangis karena kelelahan dan tertidur." jawab si ibu.
Setelah mendengar jawab si ibu, hati sang
Kahlifah Umar bin Khattab serasa teriris.
Kemudian Khalifah bertanya lagi,
"Apakah ibu sering berbuat demikian
setiap hari?"
"Iya, saya sudah tidak memiliki keluarga
atau pun suami tempat saya bergantung, saya sebatang kara...," jawab si
ibu.
Hati dari sang Khalifah laksana mau copot dari
tubuh mendengar penuturan itu, hati terasa teriris-iris oleh sebilah pisau yang
tajam.
"Mengapa ibu tidak meminta pertolongan
kepada Khalifah supaya ia dapat menolong dengan bantuan uang dari Baitul
Mal?" tanya sang khalifah lagi.
"Ia telah zalim kepada saya...,"
jawab si ibu.
"Zalim....," kata sang khalifah
dengan sedihnya.
"Iya, saya sangat menyesalkan
pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya. Siapa tahu ada banyak
orang yang senasib dengan saya!" kata si ibu.
Khalifah Umar bin Khattab kemudian berdiridan
berkata,
"Tunggulah sebenatar Bu ya. Saya akan
segera kembali."
Di malam yang semakin larut dan hembusan angin
terasa kencang menusuk, Sang Khalifah segera bergegas menuju Baitul Mal di
Madinah. Ia segera mengangkat sekarung gandum yang besar di pundaknya ditemani
oleh sahabatnya Ibnu Abbas. Sahabatnya membawa minyak samin untuk memasak.
Jarak antara Madinah denga rumah ibu itu
terbilang jauh, hingga membuat keringat bercucuran dengan derasnya dari tubuh
Umar. Melihat hal ini, Abbas berniat untuk menggantikan Umar untuk mengangkat
karung yang dibawanya itu, tapi Umar menolak sambil berkata,
"Tidak akan aku biarkan engkau membawa
dosa-dosaku di akhirat kelak. Biarkan aku bawa karung besar ini karena aku
merasa sudah begitu bersalah atas apa yang terjadi pada ibu dan anak-anaknya
itu."
Begitu sekarung gandum dan minyak samin itu
diserahkan, bukan main gembiranya mereka. Setelah itu, Umar berpesan agar ibu itu
datang menemui Khalifah keesokan harinya untuk mendaftarkan dirinya dan
anak-anaknya di Baitul Mal.
Setelah keesokan harinya, ibu dan anak-anaknya
pergi untuk menemui Khalifah. Dan betapa sangat terkejutnya si ibu begitu
menyaksikan bahwa lelaki yang telah menolongnya tadi malam adalah Khalifahnya
sendiri, Khalifah Umar bin Khattab.
Segera saja si ibu minta maaf atas
kekeliruannya yang telah menilai bahwa khalifahnya zalim terhadapnya. Namun
Sang Khalifah tetap mengaku bahwa dirinyalah yang telah bersalah.
Menegakkan Keadilan Bagi Siapa Saja.
Pada masa itu, wilayah Mesir telah masuk dalam
kekuasaan pemerintahan Umar dan yang menjadi gubernur Mesir saat itu adalah Amr
Bin Ash. Mesir adalah sebuah wilayah luas yang kaya, dan rupanya penyakit
jahiliah mulai kmebali merasuki sang gubernur dengan godaan gemar mendirikan
bangunan bangunan mewah.
Di ceritakan bahwa persis di depan kantor istana gubernur Amr Bin Ash ada sebuah tanah yang cukup luas, sang gubernur berpikir “Alangkah indahnya jika dibangun sebuah masjid mewah di atas tanah itu .. sangat cocok bersanding dengan istana ini“
Di ceritakan bahwa persis di depan kantor istana gubernur Amr Bin Ash ada sebuah tanah yang cukup luas, sang gubernur berpikir “Alangkah indahnya jika dibangun sebuah masjid mewah di atas tanah itu .. sangat cocok bersanding dengan istana ini“
Tapi rupanya ada sedikit ganjalan, di tanah
itu juga berdiri sebuah gubuk reot milik seorang tua penganut agama Yahudi yang
tidak rela gubuknya dihancurkan untuk sebuah masjid. Segala macam upaya
penggusuran pun dilakukan oleh Amr bin Ash, mulai dari cara baik baik dengan
menawarkan uang ganti rugi dan juga memberikan rumah pengganti bagi sang
kakek … yang semua ditolak mentah mentah
oleh sang pemilik gubuk.
Amr Bin Ash hilang kesabarannya, penggusuran
paksa harus dilakukan untuk memujudkan keindahan tata letak kota dan tinggallah
kakek itu meratapi gubuknya yang dihancurkan oleh bulldozer anak buah Amr Bin
Ash.
Dalam kesedihannya timbullah niat sang kakek
untuk mengadukan kezaliman Amr Bin Ash kepada Khalifah Umar, dan pergilah ia
menempuh perjalanan jauh menuju kota Madinah.
“Di manakah istana Khalifah Umar?” Kakek itu
bertanya kepada orang pertama yang ditemuinya di Madinah dan orang yang ditanya
itu menunjuk ke arah masjid. “Aku telah menempuh perjalanan jauh dari Mesir,
jangan engkau berusaha menyesatkanku karena aku tidak tahu seluk beluk tentang
kota ini”
“Aku tidak berusaha menyesatkanmu! Masjid
adalah istana khalifah Umar, di sanalah dia biasanya mengatur dan memberikan
keputusan keputusan“
Sesampai di Masjid yang ditunjuk sang kakek
pun kebingungan lagi, manakah orang yang menyandang gelar Khalifah itu?
Tidaklah dia melihat seorangpun di sana yang
mengenakan baju mewah yang menunjukkan kebesaran seorang khalifah yang telah
mengalahkan Byzantium dan Persia .. Khalifah yang telah diserahi kunci kota
Jerusalem oleh Uskup Sophronius
“Khalifah Umar adalah orang yang sedang duduk
di bawah pohon itu” seorang warga Madinah membantunya lagi menunjukkan
seseorang yang berpenampilan seperti orang biasa.
Di hadapan ‘orang biasa’ itu diadukanlah
masalahnya, setelah mendengar cerita sang kakek Umar berdiri mengambil sepotong
tulang unta yang masih ada sedikit dagingnya, menggoreskan sebuah garis lurus
di tulang tersebut dengan pedangnya dan kemudian membuat lagi sebuah garis
menyilang garis lurus sebelumnya.
“Wahai kakek! Kembalilah engkau ke Mesir dan
berikan tulang ini kepada Amr Bin Ash …”
“Wahai Umar, Apakah engkau sedang bercanda?
Aku datang untuk meminta keadilan bukannya menjadi bahan olok olok!” Sang kakek
meradang karena merasa dipermainkan.
“Kakek yang baik! Turuti saja perintahku …”
Sambil menggerutu sang Kakek pun kembali ke
Mesir dan menyerahkan tulang yang sekarang telah berbau busuk itu ke Gubernur
Amr bin Ash, sang kakek sudah pasrah dengan nasibnya jika nantinya akan
dianggap menghina gubernur. Mau bagaimana lagi? toh dirinya hanyalah seorang
Yahudi yang termasuk golongan atau kaum minoritas di era kekuasaan Islam yang
sedang dalam masa jayanya.
Tapi alangkah kagetnya sang kakek, ketika
melihat apa yang dilakukan Amr Bin Ash setelah menerima tulang itu.
“Bongkar Masjidnya!!! Bangun kembali rumah
untuk kakek ini” dan Masjid mewah yang telah hampir jadi itu pun siap siap
untuk dibongkar.
Akhirnya sang kakek mengetahui arti tulang
dari Umar Bin Khattab itu.
“Wahai Amr Bin Ash, Setinggi tingginya
kekuasaan seseorang, suatu saat dia akan mati dan harus melepaskan semua
kekuasaannya … berakhir menjadi seonggok tulang. Bertindaklah lurus dan adil
dalam memimpin, karena jika engkau berbelok sedikit saja dari amanah yang telah
diberikan kepadamu, maka aku akan meluruskanmu … menghukummu dengan pedangku”
3.Khalifah Ustman bin Affan, sahabat yang mulia
Beliau adalah ‘Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash
bin Umayyah bin Abdisy-Syams bin Abdi Manaf z. Pada kakeknya, Abdu Manaf,
nasabnya bertemu dengan nasab Rasulullah n.
Lahir enam tahun setelah tahun gajah. Beriman
melalui tangan Abu Bakr Ash-Shiddiq –Abdullah bin Abi Quhafah– z, dan termasuk
as-sabiqunal awwalun.
Tampan wajahnya, lembut kulitnya, dan lebat
jenggotnya. Sosok sahabat mulia ini sangat pemalu hingga malaikat pun malu
kepadanya.
Demikian Rasulullah n menyanjung:
Demikian Rasulullah n menyanjung:
“Tidakkah sepatutnya
aku malu kepada seorang (yakni Utsman) yang para malaikat malu kepadanya?”[4]
Mudah menangis kala mengingat akhirat. Jiwanya
khusyu’ dan penuh tawadhu’ di hadapan Allah Rabbul ‘alamin.
Beliau adalah menantu Rasulullah n yang sangat
dikasihi. Memperoleh kemuliaan dengan menikahi dua putri Nabi n, Ruqayyah
kemudian Ummu Kultsum hingga mendapat julukan Dzunurain(pemilik dua cahaya).
Bahkan Rasulullah n bersabda: “Seandainya aku masih memiliki putri yang lain
sungguh akan kunikahkan dia dengan Utsman.”
Utsman bin ‘Affan z adalah figur sahabat yang
memiliki kedermawanan luar biasa. Sebelum datangnya risalah Muhammad n, beliau
telah menekuni perdagangan hingga memiliki kekayaan. Setelah cahaya Islam
terpancar di muka bumi, harta tersebut beliau infakkan untuk menegakkan kalimat
Allah l.
Sumur Ar-Rumah… Tahukah Anda, apa itu sumur
Ar-Rumah? Sumber air Madinah yang beliau beli dengan harga sangat mahal sebagai
wakaf untuk muslimin di saat mereka kehausan dan membutuhkan tetes-tetes air.
Rasulullah n menawarkan jannah bagi siapa yang membelinya. Utsman pun bersegera
meraih janji itu.Demi Allah! Beliau telah meraih jannah yang dijanjikan.
Sosok yang mulia ini, tidak pernah berat untuk
berinfak di jalan Allah l, berapapun besarnya harta yang diinfakkan. Beliau
keluarkan seribu dinar (emas) guna menyiapkan Jaisyul ‘Usrah, pasukan perang ke
Tabuk, yang berjumlah tidak kurang dari 30.000 pasukan. Seraya membolak-balikan
emas yang Utsman z infakkan, Rasulullah n bersabda:
“Tidaklah membahayakan
bagi Utsman apapun yang dia lakukan sesudah hari ini.” (Karena sesungguhnya dia
telah diampuni.
Fitnah itu akan terjadi
Wafatnya Umar bin Al-Khaththab adalah awal kemunculan fitnah. Umar adalah pintu yang menutup fitnah. Begitu
pintu dipatahkan, gelombang fitnah akan terus menimpa umat ini, sebagaimana
ditunjukkan dalam hadits Hudzaifah bin Al-Yaman
dalam Shahihain.
Pernahkah terbayang bahwa Utsman akan dibunuh
dalam keadaan terzalimi? Mungkin kita tidak membayangkannya. Tetapi demi Allah
l, Utsman bin Affan telah mengetahui
dirinya akan terbunuh, dengan kabar yang diperolehnya dari kekasih Allah l,
Muhammad bin Abdillah n.
Ahmad bin Hanbal t dalam Musnad-nya
meriwayatkan dari Abdullah bin Umar , beliau berkata:
“Rasulullah n pernah
menyebutkan sebuah fitnah, lalu lewatlah seseorang. Beliau bersabda: “Pada
fitnah itu, orang yang bertutup kepala ini akan terbunuh.” Berkata Ibnu ‘Umar:”
Akupun melihat (orang itu), ternyata ia adalah ‘Utsman bin ‘Affan.”
Segala yang terjadi di muka bumi ini telah
Allah l tetapkan dan catat dalam Lauhul Mahfuzh. Sebagian dari takdir, Allah l
beritahukan kepada Rasul-Nya n, termasuk berita terbunuhnya ‘Utsman bin ‘Affan
z dalam keadaan syahid. Utsman z menunggu saat-saat itu dengan penuh ridha dan
keyakinan.
Rasulullah n mengiringi berita tersebut dengan
wasiat tentang apa yang harus dilakukan saat fitnah menerpa, sebagaimana akan
kita lalui bersama sebagian riwayat tersebut. Maka berjalanlah Utsman dalam menghadapi fitnah tersebut dengan
memegang teguh wasiat Rasulullah .
Abdullah bin Saba’ di balik wafatnya Utsman
bin Affan z
Abdullah bin Saba’ atau Ibnu As-Sauda’ adalah
seorang Yahudi yang menampakkan keislaman di masa ‘Utsman bin ‘Affan z. Dia
muncul di tengah-tengah muslimin dengan membawa makar yang sangat membahayakan,
menebar bara fitnah untuk memecah-belah barisan kaum muslimin.
Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh
Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk
menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu
segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Suasana sempat tegang ketika Utsman tak
kenjung kembali.
Kaum muslimin sampai membuat ikrar Rizwan – bersiap untuk mati bersama untuk menyelamatkan Utsman. Namun pertumpahan darah akhirnya tidak terjadi. Abu Sofyan lalu mengutus Suhail bin Amir untuk berunding dengan Nabi Muhammad SAW. Hasil perundingan dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah.
Kaum muslimin sampai membuat ikrar Rizwan – bersiap untuk mati bersama untuk menyelamatkan Utsman. Namun pertumpahan darah akhirnya tidak terjadi. Abu Sofyan lalu mengutus Suhail bin Amir untuk berunding dengan Nabi Muhammad SAW. Hasil perundingan dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah.
Semasa Nabi SAW masih hidup, Utsman pernah
dipercaya oleh Nabi untuk menjadi walikota Madinah, semasa dua kali masa
jabatan. Pertama pada perang Dzatir Riqa dan yang kedua kalinya, saat Nabi SAW
sedang melancarkan perang Ghatfahan.
Utsman bin Affan adalah seorang ahli ekonomi
yang terkenal, tetapi jiwa sosial beliau tinggi. Beliau tidak segan-segan
mengeluarkan kekayaanya untuk kepentingan Agama dan Masyarakat umum.
Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi
Khalifah antara lain :
1. Menaklukan Syiria, kemudian mengakat
Mu’awiyah sebagai Gubernurnya.
2. Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr
bin Ash sebagai Gubernur disana.
3. Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
4. Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
5. Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan
Masjidil Haram, Mekkah.
6. Membakukan dan meresmikan mushaf yang
disebut Mushaf Utsamani, yaitu kitab suci Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh
umat islam seluruh dunia sekarang ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan
dari Alquran ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam.
7. Setiap hari jum’at beliau memerdekakan
seorang budak (bila ada)
4. Sayyidina Ali bin abi thalib Kw, Teladan Orang Berilmu
Para sahabat nabi semuanya adalah orang yang
shalih dan adil. Islami cara berfikir dan tingkah lakunya. Kepribadian mereka ini tidak hanya dipuji
oleh manusia, tetapi juga oleh Sang Pencipta mereka.
Di antara sahabat Rasulullah yang menonjol keilmuannya adalah Ali bin Abi
Thalib (karramallaahu wajhahu– semoga Allah memuliakan wajahnya). Keunggulannya
ini semakin menyempunakan kepribadiannya, menyempurnakan cara berpikirnya dan
tingkah lakunya. Ketinggian ilmunya ini
membuat Ali bin Abi Thalib menjadi seorang muslim yang mulia.
Di hadapan masyarakat umum, Rasulullah saw
pernah bersabda, “Anaa madiinatul ‘ilm wa ‘aliyu baabuha”(Saya adalah kotanya
ilmu dan Ali adalah pintu gerbangnya).
Keunggulan Ali bin Abi Thalib ini bisa kita lihat pada dialog yang pernah
terjadi antara beliau dengan 10 orang penanya dari kalangan Khawarij tentang
lebih utama mana, ilmu atau harta.
Ketinggian ilmu Ali bi Abi Thalib ini sungguh
luar biasa. Salah satu keunggulan Ali bin Abi Thalib adalah luasnya
pengetahuannya terhadap ayat-ayat Allah. Wajar saja, karena sejak usia 10
tahun, hatinya telah dipenuhi oleh keindahan Al Qur`an, keagungan dan
rahasia-rahasianya. Disamping itu Ali
menyaksikan turunnya ayat demi ayat secara langsung.
Maka pantaslah jika dia berkata:
Maka pantaslah jika dia berkata:
“Tanyailah aku, tanyailah aku, tanyailah aku
tentang Kitab Allah sekehendak hatimu. Demi Allah, aku lebih tahu tentang
ayat-ayat-Nya, baik yang diturunkan di waktu malam maupun di waktu siang.”
Hasan al Basri pernah berkomentar tentang
pengetahuan Ali bin Abi Thalib soal ayat-ayat al-Qur`an: “Dia (Ali bin Abi
Thalib) telah mencurahkan tekad dan ilmu serta amalnya kepada al-Qur`an.
Baginya al-Qur`an ibarat kebun-kebun yang indah dan tanda-tanda yang jelas.”
DIDIKAN PEMIKIRAN ISLAM
Hasil pendidikan Rasulullah saw ini memang
luar biasa. Sejak awal Ali bin Abi
Thalib dididik oleh Rasulullah dengan pemikiran-pemikiran Islam.
Dialah laki-laki pertama dari kalangan
anak-anak yang menerima ajakan Rasulullah saw untuk masuk Islam. Lihatlah
bagaimana Rasulullah saw mendidik Ali dengan pemikiran Islam yang menyebabkan
Ali mengambil Islam sebagai jalan hidupnya.
Saat itu, Ali kecil yang berumur sekitar 8
tahun tinggal bersama Rasulullah saw sebagai sepupu sekaligus pengayomnya. Saat itu Ali belum masuk Islam. Suatu saat Ali melihat Rasulullah saw dan
Khadijah, istri Rasulullah, shalat.
Ali bertanya kepada Rasulullah saw usai beliau
mengerjakan shalat, “Wahai sepupuku, perbuatan apa yang kulihat engkau
mengerjakannya?”
Rasul saw. menjawab, “Aku shalat kepada Allah,
Tuhan yang memiliki seluruh alam.”
Ali bertanya lagi, “Siapakah yang memiliki
sekalian alam?”
Rasulullah saw. menjelaskan, “Wahai Ali,
sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang satu, tiada sekutu bagi-Nya. Dia memiliki
segala makhluk dan di tangan-Nya terdapat segala urusan. Dia menghidupkan dan
mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Apa yang terjadi setelah Rasulullah
mengucapkan kalimat-kalimat tadi? Tak berapa lama setelah itu tanpa ragu-ragu
lagi, Ali bin Abi Thalib remaja belia yang penuh berkah itu pun mengambil Islam
sebagai jalan hidupnya, dia pun masuk Islam…
.
.
DIDIKAN NAFSIYAH ISLAMIYAH
Selain mendidik masyarakat Islam dengan
pemikiran yang islami, Rasulullah saw juga mendidik nafsiyah atau pola kejiwaan
masyarakatnya, termasuk di dalamnya Sahabat Nabi yang bernama Ali bin Abi
Thalib. Didikan Nafsiyah Islamiyah ini
menjadikan masyarakat Islam menjadi masyarakat yang enerjik, penuh vitalitas
melaksanakan aturan-aturan Allah, namun tetap rendah hati dan santun terhadap
orang-orang yang beriman.
MEMBANGUN PERADABAN
Ketika Rasulullah saw dan para sahabat ra
berhijrah ke Madinah untuk membangun peradaban Islam dalam bentuk Negara Islam,
Ali turut serta berhijrah dan membangun peradaban dunia yang baru itu. Dalam
struktur pemerintahan Islam , Ali bin Abi Thalib sempat ditugaskan oleh
Rasulullah saw menjadi seorang wali
(gubernur) di wilayah Yaman selama beberapa tahun. Beliau juga pernah jadi
Qadhi/ hakim.
Di masa pemerintahan Amirul Mu’minin Utsman
bin Affan ra. Beliau diminta menjadi Muawin Tafwidh atau wakil khalifah, suatu
kedudukan dan tanggung jawab satu tingkat di bawah khalifah sang kepala negara
Islam.
Dan menjelang akhir hidupnya beliau dibaiat
oleh kaum muslimin untuk menjadi Kepala Negara Islam, dengan sebutan Imam Ali.
MEMENTINGKAN PERSATUAN
Pemuda hasil didikan Islam ini memiliki jiwa
yang besar yang selalu mengutamakan persatuan umat Islam di atas kepentingan
kelompok. Ketika ia mengetahui ada dua orang pendukungnya yang memaki dan
mengutuk Muawiyah yang saat itu memberontak kepada negara Khilafah Islam, maka
disuruhlah dua orang pendukungnya itu untuk menghentikan makian dan kutukan
itu.
Kedua orang itu datang kepada Ali dan
bertanya, “Ya Amirul Mukminin, bukankah kita di atas kebenaran dan mereka di
atas kebatilan?“
Imam Ali menjawab, “Benar, demi Tuhan yang
memiliki Ka’bah.” Mereka bertanya lagi, “Kalau begitu, mengapa engkau mencegah
kami memaki dan mengutuk mereka?”
Imam Ali menjawab, “Aku tidak suka kalian
menjadi orang-orang yang suka memaki dan mengutuk. Akan tetapi katakanlah: ‘Ya
Allah, jangan tumpahkan darah kami dan darah mereka.Perbaikilah hubungan
antara kami dengan mereka, dan sadarkanlah mereka dari kesesatan hingga siapa
yang tidak tahu bisa mengetahui kebenaran, dan yang membangkang bisa sadar dari
kesesatannya.’”
PENDEKAR JIHAD
Sesuatu yang menonjol dari sosok Ali bin Abi
Thalib ini adalah bahwa dia seorang pendekar sejati. Kejantanan seorang
laki-laki dan kesucian hati seorang muslim telah membentuk cara bertarung dan
akhlaqnya dalam pertempuran. Kita bisa lihat hal itu saat Perang Khaibar….
Saat itu Benteng Khaibar, benteng Yahudi
Khaibar, sulit ditembus, bahkan oleh pasukan yang dipimpin oleh Abu Bakar dan
Umar bin Khaththab. Saat itulah dibutuhkan seorang yang Rasulullah dengan penuh
optimis berkata tentangnya: “Besok, akan kuberikan bendera ini kepada seorang
yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dicintai Allah dan Rasul-Nya serta
melalui kedua tangannya Allah memberikan kemenangan.”
pagi harinya, setelah semua pasukan bersiap,
Rasulullah dengan lantang berteriak: “Dimana Ali bin Abi Thalib?”
Maka bersegeralah Ali memenuhi seruan Rasul
Allah itu, walau matanya sedang sakit, “Inilah aku, ya Rasulullah,” jawab Ali.
Rasulullah saw memberi isyarat dengan tangan
kanannya agar Ali tampil ke depan. Maka tampillah pahlawan itu. Melihat
kepedihan di mata Ali, Rasulullah saw membasahi jari-jarinya yang bercahaya
dengan air ludahnya yang suci dan mengusap mata pahlawan itu.
Kemudian Rasul saw menyuruh mengambil bendera. Dipegangnya bendera itu, diangkatnya ke atas serta dikibar-kibarkannya tiga kali. Setelah itu diletakkannya bendera tadi di tangan kanan Ali seraya berkata, “Ambillah bendera ini, lalu pergilah dengannya, sampai Allah memberikan kemenangan padamu.”
Kemudian Rasul saw menyuruh mengambil bendera. Dipegangnya bendera itu, diangkatnya ke atas serta dikibar-kibarkannya tiga kali. Setelah itu diletakkannya bendera tadi di tangan kanan Ali seraya berkata, “Ambillah bendera ini, lalu pergilah dengannya, sampai Allah memberikan kemenangan padamu.”
Maka, segeralah Ali membawa bendera dan
pasukannya maju. Di depan pintu benteng ia berseru, “Aku, Ali bin Abi Thalib.”
Sesaat kemudian Ali menerima pukulan kuat yang untungnya tidak mencederainya,
namun berhasil melemparkan perisai dari tangannya.
Melihat dirinya harus menghadapi penjaga
benteng yang bersenjata, berserulah Ali, “Demi Tuhan yang nyawaku ada di
tangan-Nya, biarlah aku mati seperti Hamzah atau Allah memberikan kemenangan
kepadaku.”
Mendapati dirinya tanpa perisai, Ali menuju
salah satu pintu benteng, menjebol pintu benteng, seraya berteriak: “Allahu
Akbar”. Maka, lepaslah pintu benteng itu dan jadilah pintu benteng itu sebagai
perisainya. Kemudian pasukan Islam pimpinan Ali menyerbu, dan dalam waktu
singkat pasukan Islam menang.
Maka berulang-ulanglah pasukan Islam
meneriakkan “Allahu Akbar, robohlah Khaibar 2X.”
MENGHORMATI TEMAN-TEMAN SEPERJUANGANNYA
Ali bin Abi Thalib adalah orang yang sangat
mencintai dan menghormati para shahabat Rasulullah ra. Teman-teman
seperjuangannya menegakkan syariat Islam dalam bentuk Negara Islam.
Penghormatan Ali itu bisa kita lihat saat beliau usai mengimami shalat subuh di
kota Kufah sebagai Amirul Mukminin.
Setelah shalat, beliau duduk dengan murung dan
sedih. Dia tetap berada di tempatnya sedang orang-orang yang tadi jadi
makmumnya mereka ikut tidak bergerak dari tempatnya, karena menghormati sikap
diam Ali.
Ketika matahari naik dan sinarnya masuk ke dinding-dinding dalam masjid Imam Ali bangkit dan salat dua rakaat, lalu menggelengkan kepalanya dalam kesedihan seraya berkata: “Demi Allah, telah kulihat sahabat-sahabat Rasulullah saw, dan tidak kulihat sekarang ini orang-orang yang menyerupai mereka.
Dulu, bila tiba waktu pagi, di antara kedua mata mereka terdapat bekas sujud kepada Allah di waktu malam sambil membaca Kitab-Nya dan bergerak melakukannya antara bersujud dan berdiri (dalam shalat). Apabila mereka menyebut Allah, tubuh mereka bergetar seperti pohon yang digoyang angin dan mata mereka berlinang air mata hingga baju mereka basah.”
Ketika matahari naik dan sinarnya masuk ke dinding-dinding dalam masjid Imam Ali bangkit dan salat dua rakaat, lalu menggelengkan kepalanya dalam kesedihan seraya berkata: “Demi Allah, telah kulihat sahabat-sahabat Rasulullah saw, dan tidak kulihat sekarang ini orang-orang yang menyerupai mereka.
Dulu, bila tiba waktu pagi, di antara kedua mata mereka terdapat bekas sujud kepada Allah di waktu malam sambil membaca Kitab-Nya dan bergerak melakukannya antara bersujud dan berdiri (dalam shalat). Apabila mereka menyebut Allah, tubuh mereka bergetar seperti pohon yang digoyang angin dan mata mereka berlinang air mata hingga baju mereka basah.”
MENJADI TELADAN KESEDERHANAAN SEBAGAI PEJABAT
Ali bin Abi Thalib. Sosok hasil didikan Islam ini menjadi teladan
kesederhanaan bagi para pejabat. Saat beliau menjadi kepala negara, kerap kali
dia memakai baju yang sangat bersahaja. Para sahabatnya menawarkan untuk
memberinya hak yang pantas bagi diri dan jabatannya, namun dia justru berkata:
“Baju ini menjauhkan kesombongan dariku dan membantuku untuk bersikap khusyu`
dalam shalatku, dan ini adalah contoh yang baik bagi orang-orang, supaya mereka
tidak boros dan bermewah-mewah.”
Demikian sekilas tentang khalifah khalifah
islam yang seharusnya menjadi panutan pemimpin pemimpin sekarang...Wallahu
a’lam
Sekian dulu dari saya,semoga ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.
bagi anda yang merasa mempunyai beberapa
masalah dalam kehidupan anda bisa melihat
Doa Penyembuh,Doa pengasihan,doa pelindung
dan pembuka rejeki yang di berikan dengan ijazah khusus dapat anda lihat di sini
Dengan harapan dari sekian banyak jenis doa
yang saya ijazahkan secara khusus ada yang sesuai dengan masalah anda...amiin
Wasalam
Fathul ahadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar