Doa Penyembuh,Doa pengasihan,doa pelindung dan pembuka
rejeki yang di berikan dengan ijazah khusus dapat anda lihat di Doa mustajab
Alam dibedakan atas alam ghaib
(seperti Allah, malaikat, jin, surga, dan neraka) dan alam tampak. Ghaib
menurut bahasa berarti yang tidak tampak. Allah-lah yang paling mengetahui yang namanya kedua alam tersebut. “Dialah Allah yang tidak ada ilah kecuali Dia, yang
mengetahui yang ghaib dan yang tampak (QS Al-Hasyr : 22)”. “Sesungguhnya Aku
mengetahui segala yang ghaib di langit dan di bumi dan Aku mengetahui apa yang
kalian tampakkan dan apa yang kalian sembunyikan (QS Al-Baqarah : 33)”.
Kita harus beriman dan yakin kepada
yang ghaib. “Kitab ini tidak ada keraguan didalamnya sebagai petunjuk bagi
orang-orang yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib … (QS
Al-Baqarah : 2-3)”. Tetapi kita hanya bisa mengetahui yang ghaib secara benar dengan
cara ikhbari, yakni sejauh apa yang dikemukakan oleh Allah dan Rasul-Nya
(Al-Qur’an dan As-Sunnah).
Tentunya
anda sering mendengar info seputar alam ghaib dan berbagai peristiwanya.
Lebih-lebih belakangan ini, ketika ‘misteri alam ghaib’ benar-benar
dipromosikan dan dijadikan ajang komoditi bisnis yang cukup menjanjikan. Dengan
sekian bumbu klenik dan racikan mistiknya, maka tersajilah aneka menu yang
kental dengan bau syirik dan khurafat. Tak luput…akhirnya televisi, surat
kabar, dan media cetak/elektronik lainnya pun menjadi publik mediator
modernnya.
Sementara di
lain pihak, ada orang-orang yang mengingkari perkara ghaib. Dasar pemikiran
mereka bertumpu pada keilmuan (baca: akal) semata tanpa mempedulikan
norma-norma keimanan. Nyaris, sikap mengedepankan akal daripada dalil sam’i
baik dari Al-Qur`an maupun hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi
simbol mereka. Tak pelak, akhirnya terjerumus pula ke dalam jurang kesesatan
dikarenakan pengingkaran mereka terhadap perkara-perkara ghaib yang telah
diberitakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya tersebut. Mereka terbagi
menjadi tiga kelompok3:
1.
Orang-orang yang mengingkari semua perkara ghaib, termasuk adanya Allah
Subhanahu wa Ta’ala Pencipta alam semesta ini. Mereka adalah kaum atheis (komunis)
dari kalangan Dahriyyah (yang menyatakan bahwa alam semesta ini tercipta dengan
sendirinya, -pen.). Demikian pula orang-orang yang menapak jejak mereka dari
kalangan atheis Sufi semacam Ibnu Arabi At-Tha`i penulis kitab Fushusul Hikam
dan cs-nya yang mengklaim bahwa wujud ini hanya satu, dan hakekat wujud Allah
adalah semua yang ada di alam semesta ini (yakni menyatu dengan makhluk), yang
hakekat dari pemikiran tersebut adalah peniadaan Dzat Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Kemudian mereka campakkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
apa yang beliau bawa, dengan suatu estimasi bahwa kewalian lebih baik dari
kenabian dan khatimul auliya` (penutup para wali) lebih utama dari khatimul
anbiya` (penutup para Nabi), bahkan dari semua Nabi.
2. Ahlul wahmi
wat takhyil, yaitu orang-orang yang menyatakan bahwasanya para Nabi telah
memberitakan tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, hari kiamat, surga dan neraka,
bahkan malaikat, dengan gambaran yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Para
Nabi tersebut menggambarkan kepada manusia (tentang semua itu) dari khayalan
mereka; bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala bertubuh besar, tubuh manusia akan
dibangkitkan di hari kiamat, manusia akan mendapat kenikmatan dan merasakan
adzab, padahal kenyataannya tidak demikian. Kedustaan ini, mereka (para Nabi)
lakukan demi kamashlahatan umat, karena tidak ada cara yang lebih mendatangkan
mashlahat dalam mendakwahi mereka kecuali dengan cara tersebut. Inilah
pemikiran Ibnu Sina dan yang sejalan dengannya.
3. Ahlut
tahrif wat ta`wil, yaitu orang-orang yang menyatakan bahwasanya para Nabi
tidaklah memaksudkan (baca: memberitakan) kecuali sesuatu yang memang benar
adanya, hanya saja kenyataan yang sebenarnya dari semua itu adalah apa yang
bisa dijangkau oleh akal. Inilah pemikiran ahli kalam dan selainnya dari
kalangan Mu’tazilah, Kullabiyyah, Salimiyyah, Karramiyyah, Syi’ah dll.
Penglihatan
manusia tentu tidak bisa menjangkau benda yang berada di balik tembok. Contoh
kecil di atas menunjukkan betapa indera manusia mempunyai keterbatasan. Oleh
karena itu, teramat naif jika ada orang-orang yang menolak hal-hal ghaib dengan
mendewakan panca inderanya.
Banyak orang
belajar ilmu gaib selama bertahun-tahun, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan.
Kegagalan itu bisa saja terjadi tetapi jangan pesimis dulu,masih banyak jalan
untuk membuka pintu keilmuan anda.
Jangan mudah
percaya kepada orang yang katanya bisa membuka aura, cakra atau hijab gaib
sehingga orang bisa dengan cepat menguasai ilmu gaib dan bisa masuk alam gaib.
Sesungguhnya hati anda hanya bisa terbuka oleh usaha anda sendiri. Orang lain
hanya bisa membantu mengarahkan dan memberi tahu caranya.
Pandangan Ahlus Sunnah wal Jamaah Terhadap Alam Ghaib
Islam adalah
rahmat kasih sayang bagi semesta alam. Agama
sempurna dan penyempurna bagi ajaran para Nabi sebelum Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, agama yang telah memadukan antara konsep
keilmuan yang benar dengan konsep keimanan yang lurus. Keilmuan yang berasaskan
keimanan, dan keimanan yang ditunjang oleh keilmuan.
Adapun
keilmuan semata tanpa mempedulikan norma-norma keimanan, maka kesudahannya
adalah kebinasaan, sebagaimana halnya orang-orang Yahudi dan yang sejenisnya.
Demikian pula keimanan (termasuk di dalamnya amalan) semata tanpa mempedulikan
keilmuan, kesudahannya adalah kesesatan, sebagaimana halnya orang-orang
Nashrani dan yang sejenisnya. Perpaduan antara dua konsep inilah yang
menjadikan Islam sebagai agama wasathan (adil dan pilihan) dan bersih dari
segala bentuk sikap berlebihan.
Hikmah Tertutupnya Alam Ghaib bagi Umat Manusia
Para pembaca, tidaklah
Allah Subhanahu wa Ta’ala memutuskan dan menentukan suatu perkara kecuali
(pasti) selalu ada hikmah di baliknya. Demikian pula halnya dengan alam ghaib,
yang tabirnya tertutup bagi umat manusia. Di antara hikmahnya adalah sebagai
ujian bagi umat manusia, apakah mereka termasuk orang yang beriman dengan
perkara ghaib yang Allah dan Rasul-Nya beritakan tersebut, ataukah justru
mengingkarinya?!
Asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata: “Bahwasanya alam barzah (kubur) termasuk
perkara ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh panca indera. Jika bisa dijangkau
oleh panca indera, niscaya tidak ada lagi fungsi keimanan terhadap perkara
ghaib (yang Allah dan Rasul-Nya beritakan, -pen.), dan tidak ada lagi perbedaan
antara orang-orang yang mengimaninya dengan yang mengingkarinya.” (Syarh
Tsalatsatil Ushul, hal. 109)
Di antara hikmahnya pula
adalah untuk keseimbangan hidup dan pelindung keimanan umat manusia antara suka dan duka, cemas dan harapan di dalam
mengarungi kehidupan dunia ini. Cobalah anda renungkan, bagaimanakah jika
seandainya setiap orang mengetahui semua yang akan terjadi? Tentu kehidupannya
akan sangat kacau dan tidak mendapatkan ketentraman. Bagaimana tidak?! Ketika
seseorang mengetahui dengan pasti bahwa akhir hidupnya adalah menderita, baik
karena ditimpa penyakit kronis, kecelakaan, dibunuh, dan lain sebagainya. Tentu
hidupnya akan diselimuti dengan duka dan kecemasan. Si sakit misalnya, ketika
mengetahui dengan pasti bahwa dia akan mati karena sakitnya itu (dengan izin
Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan tidak ada lagi harapan untuk hidup, tentunya
keputus-asaanlah yang selalu merundungnya. Akan tetapi ketika dia tidak
mengetahuinya dengan pasti, maka harapan untuk menikmati hari esok masih
terbentang di hadapannya dan proses pengobatan pun akan selalu diupayakannya.
Ketika umat manusia
mengetahui segala yang terjadi di alam ghaib, bisa melihat malaikat dan jin
(setan) dalam wujud aslinya, bisa mengetahui orang-orang yang diadzab di kubur
dan sejenisnya, niscaya ketenangan hidup tidak akan didapatkannya. Demikian
pula ketika masing-masing orang mengetahui dengan pasti apa yang tersimpan di
hati selainnya, maka kehidupan ini akan terasa sebagai belenggu yang
memberatkan. Karena berbagai keburukan yang ada pada hati masing-masing orang
dapat dirasakannya.
Di lain kondisi, ketika
seseorang mengetahui dengan pasti bahwa dia selalu beruntung dan banyak rejeki, niscaya hal itu bisa
menjadikan dia sombong dan bersikap semena-mena terhadap sesamanya. Tidaklah
Allah menutup tabir rahasia alam ghaib kepada kita, kecuali karena kasih sayang
dan kebijaksanaan-Nya yang tiada tara.
Tentang Ruqyah Syar’iyah
Definisi:
Ruqyah Syar'iyah adalah sebuah terapi syar'i dengan cara pembacaan ayat-ayat
suci Al-Qur'an dan do'a-do'a perlindungan yang
bersumber dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, yang dilakukan seorang
muslim, baik dengan tujuan untuk penjagaan dan perlindungan diri sendiri atau
orang lain dari pengaruh jahat pandangan mata (al-'ain) manusia dan jin,
kerasukan, pengaruh sihir, gangguan kejiwaan, berbagai penyakit fisik dan
lain-lain; Maupun dengan tujuan untuk pengobatan dan penyembuhan bagi orang
yang terkena salah satu diantara jenis-jenis gangguan dan penyakit tersebut.
Penting:
Istilah Ruqyah disertai kata Syar'iyah dimaksudkan bahwa, terapi ini dalam
pelaksanaannya harus murni semurni-murninya sesuai dengan batasan-batasan
Syari'ah Islam yang berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dan hal itu baik dalam
kemurnian Aqidah, niat dan tujuan, muatan dan isi, maupun tata cara
pelaksanaan. Jadi harus bersih sebersih-bersihnya dari unsur-unsur campuran
yang tidak berdasar (bid'ah) dan yang melanggar hukum Syara'.
Tentang pelindung diri
1. Secara
umum, jagalah ketaatan dan jauhi kemaksiatan.
2.
Peliharalah sholat fardhu dan juga sholat-sholat nafilah, khususnya sholat
rawatib, qiyamul lail (minimal witir) dan sholat dhuha.
3.
Perbanyaklah membaca Al-Qur'an setiap hari, khususnya pada malam hari, dan
lebih afdhal jika disertai dengan membaca terjemah tafsirnya untuk tadabbur.
4. Persempitlah
jalan syaithan dalam diri dengan banyak berpuasa, minimal tiga hari setiap bulan.
5. Basahi
lidah dan bibir dengan banyak berdzikir,
baik dzikir secara khusus pada kesempatan-kesempatan tertentu maupun dzikir
secara umum seperti bertasbih, bertahmid, bertakbir, bertahlil, bershalawat,
dan lain-lain.
6. Jagalah
wirid dzikir pagi dan petang dengan Al-Ma'tsurat atau lainnya yang bersumber
dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.
7. Bekali
diri dengan ilmu yang shahih berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai manhaj
as-salaf ash-shalih, dengan banyak membaca, konsultasi, mengikuti kajian-kajian
Islam secara manhaji, dan lain-lain; khususnya dalam tema-tema aqidah,
tazkiyatunnafs, tafsir Al-Qur'an, dan Al-Hadits.
8. Jauhilah
kebiasaan melamun dan mengkhayal, serta hindarkan pikiran dari hal-hal yang
membebani sampai membuat gelisah, sedih, takut, tertekan, marah, putus asa, dan
lain-lain.
9.
Pertahankan diri selalu berada di tengah lingkar pertemanan dan kebersamaan
islami yang istiqamah.
10.
Sering-seringlah bermuhasabah diri diikuti taubat dan istighfar.
11. Usahakan
selalu dalam keadaan suci (berwudhu).
12. Tidurlah
secara islami (sesuai Sunnah), dengan cara :
a.Niat
(tidur dengan sengaja).
b.Berwudhu.
c.Membersihkan
dan merapikan tempat tidur.
d.Membaca tasbih
33 kali, tahmid 33 kali dan takbir 34 kali.
e.Membaca
Ayat Kursi dan dua ayat terakhir Surat Al-Baqarah.
f.Mendekatkan
kedua telapak tangan ke mulut, meniup, dan membaca surat-surat: Al-Ikhlash,
Al-Falaq, dan An-Naas, lalu mengusapkan pada anggota badan semerata mungkin.
Dan ini dilakukan tiga kali.
g.Membaca
doa tidur.
h.Tidur
dengan cara berbaring miring ke kanan.
i.Jika
bermimpi buruk hendaklah :
1) Meludah
kecil ke sebelah kiri 3 kali.
2)
Berta'awwudz.
3) Mengubah
posisi tidur.
4) Tidak
menceritakannya.
5) Lebih
baik jika bangun, berwudhu, lalu sholat.
j. Membaca
doa bangun tidur.
Peristiwa ghaib
ISRA MI’RAJ
merupakan peristiwa atau kejadian ghaib yang terbesar dalam sejarah islam.
Kejadian-kejadian
luar biasa yang ditampilkan Allah s.w.t di dalam peristiwa Isro’ Mi’roj Nabi
Besar Muhammad s.a.w yang sekaligus menjadi tanda-tanda kebesaran-Nya yang
wajib diimani oleh setiap pribadi muslim.
kejadian
yang paling besar dan paling luar biasa dari apa yang terjadi di dalam
peristiwa Isro’ Mi’roj Nabi Besar Muhammad s.a.w. Bahwa Baginda Nabi s.a.w
adalah satu-satunya manusia sepanjang sejarah kehidupan manusia yang ada, di
waktu masih hidup Beliau pernah berdialog
langsung dengan Allah s.w.t di suatu dimensi yang lain dari dimensi yang
ada di dunia ini dengan tanpa hijab dan tanpa perantara. Setelah pertemuan itu
Beliau dapat kembali lagi ke dimensi dunia ini dalam keadaan selamat dan sehat
walafiat, bahkan dengan membawa ilmu pengetahuan yang luar biasa.
Seorang
hamba yang masih hidup dengan Ilmu dan Kehendak Allah s.w.t berpotensi untuk
bersama-sama melaksanakan satu pekerjaan dalam waktu yang sama dengan orang
lain yang sudah mati.
Di dalam
peristiwa Isro’, Baginda Nabi s.a.w melaksanakan shalat berjama’ah bersama-sama
para Nabi yang sudah meninggal dunia dan ketika bermi’roj Beliau s.a.w juga
bertemu dan berdialog dengan mereka, untuk bersama-sama membahas
masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan umat manusia di masa
mendatang.
Itulah
pertemuan antara dua manusia yang sudah berada pada dimensi yang berbeda, yang
satu manusia dengan dimensi basyariah dan yang satunya segolongan manusia
dengan dimensi barzahiah atau yang hidup pada dimensi alam barzah. Dengan
peristiwa ini menujukkan bahwa manusia yang masih hidup, dengan ilmu Allah s.w.t
dan izin-Nya dapat bertemu dan bersama-sama dalam satu pekerjaan dengan
orang-orang yang sudah meninggal dunia.
Seorang
hamba dengan Ilmu dan Kehendak Allah s.w.t berpotensi dapat melihat dan
mengetahui alam gaib.
Ketika Nabi
s.a.w bermi’roj dengan dikawal malaikat Jibril, Beliau dipertontonkan oleh
Allah s.w.t kepada alam gaib. Yakni keadaan di surga, di neraka dan
keadaan-keadaan yang akan menimpa umatnya di masa yang akan datang. Dengan ini
menunjukkan bahwa yang dimaksud alam gaib itu bukan alam Jin atau alam Malaikat
dan bahkan alam Ruh (ruhaniah), semua itu sesungguhnya merupakan alam yang
masih berada di dalam dimensi alam Syahadah walau berada pada dimensi yang
berbeda dari bagian dimensi yang ada di dunia. Yang dimaksud dengan alam gaib
adalah masa yang belum terjadi atau alam yang akan datang.
Surga dan
Neraka dikatakan gaib karena keberadaannya setelah hari kiamat. Mati dikatakan
gaib karena datangnya pada waktu yang akan datang. Jadi, hikmah terbesar dari
perjalanan ruhani manusia dengan mengadakan pengembaraan ruhaniah (bertawasul)
untuk berisro’ mi’roj kepada Allah s.w.t dengan ruhaninya, adalah terbukanya
hijab-hijab basyariah sehingga dengan matahatinya atau firasatnya yang tajam
manusia dapat mengetahui alam gaib atau apa-apa yang akan terjadi pada dirinya.
Kejadian-kejadian
yang terjadi pada masa dahulu dan yang akan datang dikatakan gaib. Alam barzah
dan alam akherat, tentang neraka, tentang shiroth, semuanya dikatakan gaib
karena kejadiannya pada masa yang akan datang. Demikian pula sejarah-sejarah
para Nabi terdahulu dikatakan gaib, karena terjadi pada masa lampau
Akhirul
kalam semoga kita semua sepakat untuk mempercayai adanya alam gaib dan alam
yang Nampak. Kecuali mungkin para penganut Atheis. Ghaib menurut bahasa
merupakan sesuatu hal yang tidak Nampak. Dalam agama islam sesuatu hal yang
dapat dikatakan alam ghaib diantaranya seperti Allah, malaikat, jin, surga, dan
neraka. Dalam Al-Qur'an disebutkan “Dialah Allah yang tidak ada ilah kecuali
Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang tampak (QS Al-Hasyr : 22)”.
“Sesungguhnya Aku mengetahui segala yang ghaib di langit dan di bumi dan Aku
mengetahui apa yang kalian tampakkan dan apa yang kalian sembunyikan (QS
Al-Baqarah : 33)”.
Sekian dulu dari saya,semoga ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.
bagi anda yang merasa mempunyai beberapa masalah dalam
kehidupan anda bisa melihat
Doa Penyembuh,Doa pengasihan,doa pelindung dan pembuka
rejeki yang di berikan dengan ijazah khusus dapat anda lihat di Doa mustajab
Dengan harapan dari sekian banyak jenis doa yang saya
ijazahkan secara khusus ada yang sesuai dengan masalah anda...amiin
Wasalam
Fathul ahadi
1 komentar:
Terima kasih info alam gaib nya,mdah2an menambah iman kita amin yrb.
Posting Komentar