Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW - Maulid Nabi
atau Maulud adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, dimana di Negara
Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam
penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad di ambil dari bahasa bahasa Arab
yang artinya hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang
di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Secara subtansi,
peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi
Muhammad.
Terdapat beberapa kaum ulama yang berpaham
Salafi dan Wahhabi yang tidak merayakannya karena menganggap perayaan Maulid
Nabi merupakan sebuah bid'ah, yaitu kegiatan yang bukan merupakan ajaran Nabi
Muhammad SAW. Mereka berpendapat bahwa kaum muslim yang merayakannya keliru
dalam menafsirkannya sehingga keluar dari esensi kegiatannya. Namun demikian,
terdapat pula ulama yang berpendapat bahwa peringatan Maulid Nabi bukanlah hal
bid'ah, karena merupakan pengungkapan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.
Di kalangan umat Islam ada beberapa pemahaman
tentang memperingati Maulid nabi saw :
1. Golongan yang terbesar, yaitu yang
merayakan Maulid Nabi setiap bulan Robi’ul Awwal, bahkan di bulan-bulan yang
lain atau tiap-tiap malam Senin atau Jum’at dengan membaca Barzanji, membaca
Marhaban dan kitab-kitab Maulid lainnya, sebagaimana yang biasa diamalkan umat
Islam sejak dahulu. Golongan ini ada yang hanya membaca Barzanji saja, atau ada
pula yang diteruskan dengan pengajian atau ceramah tentang riwayat dan
perjuangan Nabi. Semua itu dengan maksud untuk melahirkan kecintaannya kepada
nabi Muhammad saw.
2. Golongan umat Islam yang nerayakan maulid
nabi tiap Bulan Robiul Awal, tetapi tidak dengan membaca Barzanji, tidak
membaca Marhaban, atau kitab-kitab Maulid lainnya, karena dianggap tidak ada
tuntunannya.
3. Golongan yang ekstrim, yaitu tidak mau
merayakan peringatan maulid Nabi sama sekali, karena hal itu dianggap bid’ah
yang harus ditinggalkan.
Pendapat Para Imam dan Muhaddits atas perayaan Maulid
sebelumnya perlu saya jelaskan bahwa yg
dimaksud Al Hafidh adalah mereka yg telah hafal lebih dari 100.000 hadits
dengan sanad dan hukum matannya, dan yg disebut Hujjatul Islam adalah yg telah
hafal 300.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya.
1.
Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yg sampai padaku
dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yg
berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata
: hari ini hari ditenggelamkannya Firaun dan Allah menyelamatkan Musa, maka
kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw :
kita lebih berhak atas Musa as dari kalian, maka diambillah darinya perbuatan
bersyukur atas anugerah yg diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya,
dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dengan berbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, sedekah,
membaca Alquran, maka nikmat apalagi yg melebihi
kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt
yang artinya “sungguh allah telah memberikan anugerah pada orang orang mukminin
ketika dibangkitkannya rasul dari mereka “(qs: al imran 164)
2.
Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat
Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi
Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dg sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi
Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya
kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin
diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yg kedua atas dirinya
adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yg telah membangkitkan beliau
saw sebagai Rahmatan lilaalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya
bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan
mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dg makanan makanan dan yg
serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam
Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama :
Husnulmaqshad fii amalilmaulid.
3.
Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid’ah hasanah yg mulia dizaman kita
ini adalah perbuatan yg diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw
dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya
menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah
dg kelahiran Nabi saw.
4.
Pendapat Imamul Qurra Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya
Urif bittarif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan
dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : di neraka, tapi aku
mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku
Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah
menyusuinya (saw) (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yang Alquran
turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan
kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dengan muslim ummat Muhammad saw yang
gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan
Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya
dengan sebab anugerah Nya.
5.
Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya
Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :
Serupa dg ucapan Imamul Qurra Alhafidh
Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab
6.
Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah
berkata tidak dilaksanakan maulid oleh salaf
hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya
umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pada malamnya dengan
berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah
terhadap mereka keberkahan yg sangat besar.
7. Imam
Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah
dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata :
ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran
nabi saw
8. Imam
Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
dengan karangan maulidnya yg terkenal al aruus
juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, Sesungguhnya membawa keselamatan
tahun itu, dan berita gembira dg tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa
yg membacanya serta merayakannya.
9. Imam
Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah
dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1
hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: Maka Allah akan menurunkan rahmat
Nya kepada orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar.
10.
Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yg terkenal dengan
Ibn Dihyah alkalbi
dengan karangan maulidnya yg bernama Attanwir
fi maulid basyir an nadzir
11.
Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri
dengan maulidnya urfu at tarif bi maulid
assyarif
12.
Imam al Hafidh Ibn Katsir
yang karangan kitab maulidnya dikenal dg nama
: maulid ibn katsir
13.
Imam Al Hafidh Al Iraqy
dengan maulidnya maurid al hana fi maulid
assana
14.
Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy
telah mengarang beberapa maulid : Jaami al
astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arraiq fi maulid khair al
khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.
15.
Imam assyakhawiy
dengan maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an
nabawi
16. Al
allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi
denganmaulidnya al mawarid al haniah fi maulid
khairil bariyyah17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad
As syaibaniy yg terkenal dg ibn diba dengan maulidnya addibai
18.
Imam ibn hajar al haitsami
dengan maulidnya itmam annimah alal alam bi
maulid syayidi waladu adam
19.
Imam Ibrahim Baajuri
mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dengan
nama tuhfa al basyar ala maulid ibn hajar
20. Al
Allamah Ali Al Qari
denganmaulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi
21. Al
Allamah al Muhaddits Jafar bin Hasan Al barzanji
dengan maulidnya yg terkenal maulid barzanji
23. Al
Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani
dengan maulid Al yaman wal isad bi maulid
khair al ibad
24. Al
Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An Nabhaniy
dengan maulid jawahir an nadmu al badi fi
maulid as syafi
25.
Imam Ibrahim Assyaibaniy
dengan maulid al maulid mustofa adnaani
26.
Imam Abdulghaniy Annanablisiy
dengan maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid
muhammadi
27.
Syihabuddin Al Halwani
dengan maulid fath al latif fi syarah maulid
assyarif
28.
Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati
dengan maulid Al Kaukab al azhar alal iqdu al
jauhar fi maulid nadi al azhar
29.
Asyeikh Ali Attanthowiy
dengan maulid nur as shofa fi maulid al
mustofa
30. As
syeikh Muhammad Al maghribi
dengan maulid at tajaliat al khifiah fi maulid
khoir al bariah.
Tiada satupun para Muhadditsin dan para Imam
yg menentang dan melarang hal ini, mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan
Muhadditsin yg menentang maulid sebagaimana disampaikan oleh kalangan anti
maulid.
Beberapa keutamaan orang yang memperingati Maulud Nabi diantaranya:
Peringatan maulid adalah upaya mengenang hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tentu saja tidak hanya mengingat hari lahir
beliau. Tapi juga mengingat jasa-jasa beliau yang telah menyebarkan agama Islam
ke seluruh dunia termasuk kepada kita. Ingat juga pada sifat-sifatnya
yang luhur budi, penyabar, rendah hati dan lain
– lain. Sikapnya yang tegas menyebarkan dakwah Islam patut kita teladani. Makna
peringatan maulid adalah menyegarkan kembali ingatan kita akan ajaran Nabi dan
kita harus siap untuk melaksanakannya.
Memperingati hari lahir tidak boleh hanya
sebagai kegiatan ritual semata. Tapi harus diaplikasikan atau diwujudkan dalam
aktivitas nyata kita di kehidupan sehari-hari. Jika ada yang memperingati
maulid dengan menyediakan makanan dan buah-buahan itu oke – oke saja dan tentu
saja halal. Yang paling penting adalah niatnya. Karena segala sesuatu itu
tergantung pada niat kita. Menyiapkan makanan dan buah-buahan untuk
memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW tentu sangat baik. Niatnya tentu saja
adalah untuk memperbanyak sedekah kepada orang yang kita undang untuk peringatan
maulid. Jika kita mampu mengapa kita tidak ajak orang berkumpul sambil membaca shalawat setelah itu menghidangkan makanan ala
kadarnya sesuai dengan kemampuan.
Menurut fatwa seorang Ulama besar : Asy-Syekh
Al Hafidz As-Suyuthi menerangkan bahwa mengadakan peringatan kelahiran Nabi
Muhammad Saw, dengan cara mengumpulkan banyak orang, dan dibacakan ayat-ayat
al-Quran dan diterangkan (diuraikan) sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi
sejak kelahiran hingga wafatnya, dan diadakan pula sedekah berupa makanan dan
hidangan lainnya dengan cara yang tidak berlebihan adalah merupakan perbuatan
Bid’ah hasanah, dan akan mendapatkan pahala bagi orang yang mengadakannya dan
yang menghadirinya, sebab merupakan wujud kegembiraan, dan kecintaan / mahabbah
kepada Rosullullah saw.
Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw
:
“Barang siapa yang senang, gembira, dan cinta
kepada saya maka akan berkumpul bersama dengan saya masuk surga”.
Dalam
kitab “Anwarul Muhammadiyah“ karangan : Syekh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani, diterangkan
bahwa pada saat hari kelahiran Nabi Muhammad Saw, seorang wanita budak belian
dari Abu Lahab (tokoh kafir jahiliyyah) yang bernama Tsuwaibah menyampaikan
kabar gembira tentang kelahiran Nabi Muhammad Saw kepada Abu Lahab. Karena
senangnya Abu Lahab mendapat berita itu, spontan budak wanitanya yang bernama
Tsuwaibah itu dibebaskan dan dihadiahkan kepada Siti Aminah : Ibunda Muhammad
Saw untuk menyusui bayinya tersebut.
Ketika Abu Lahab telah meninggal dunia seorang
sahabat Nabi ada yang bertemu dalam mimpinya dan menanyakan tentang nasibnya di
akhirat.
Abu Lahab menjawab : Saya disiksa
selama-lamanya karena kekafiran saya tetapi pada tiap-tiap hari senin saya
diberi keringanan dari siksaan bahkan aku bisa mencium dua jari tanganku dan
bisa keluar airnya untuk saya minum.
Dan ketika ditanya : mengapa bisa demikian?
Abu Lahab menjawab : Ini adalah merupakan hadiah dari Allah karena
kegembiraanku pada saat kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Dalam sebuah hadits dikatakan :
“Barang siapa yang memulyakan / memperingati
hari kelahiranku maka aku akan memberinya syafa’at pada hari kiamat. Dan barang
siapa memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiranku, maka akan
diberi pahala seperti memberikan infaq emas sebesar gunung fi sabilillah.
Sahabat
Abu Bakar Ash-Shidiq berkata :
“Barang siapa yang memberikan infaq satu dirham
untuk memperingati kelahiran Nabi Saw : akan menjadi temanku masuk surga”.
Sahabat
Umar Bin Khoththob berkata :
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati
kelahiran Nabi Saw, berarti telah menghidupkan Islam”.
Sahabat
Ali Bin Abi Tholib berkata :
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati
kelahiran Nabi Saw, apabila pergi meninggalkan dunia pergi dengan membawa
iman”.
Pada hakekatnya, perayaan maulid ini bertujuan
mengumpulkan muslimin untuk Medan Tablig dan bersilaturahmi sekaligus
mendengarkan ceramah islami yg diselingi bershalawat dan salam pada Rasul saw,
dan puji pujian pada Allah dan Rasul saw yg sudah diperbolehkan oleh Rasul saw,
dan untuk mengembalikan kecintaan mereka pada Rasul saw, maka semua maksud ini
tujuannya adalah kebangkitan risalah pada ummat yg dalam ghaflah, maka Imam dan
Fuqaha manapun tak akan ada yg mengingkarinya karena jelas jelas merupakan
salah satu cara membangkitkan keimanan muslimin,
hal semacam ini tak pantas dimungkiri oleh setiap muslimin aqlan wa syarâan
(secara logika dan hukum syariah), karena hal ini merupakan hal yg mustahab (yg
dicintai), sebagaiman kaidah syariah bahwa Maa Yatimmul waajib illa bihi fahuwa
wajib, semua yg menjadi penyebab kewajiban dengannya maka hukumnya wajib.
Wallahu a’lam.
Sekian dulu dari saya,semoga ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.
bagi anda yang merasa mempunyai
beberapa masalah dalam kehidupan anda bisa melihat
Doa
Pelindung,Doa pengasihan,doa penyembuh dan pembuka rejeki
yang di berikan dengan
ijazah khusus dapat anda lihat di Doa mustajab
Dengan harapan dari sekian banyak
jenis doa yang saya ijazahkan secara khusus ada yang sesuai dengan masalah
anda...amiin
Wasalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar