Allah
memberikan ancaman berat bagi siapapun yang mengabaikan peringatan-Nya dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dia ‘azza wa jalla berfirman:
Yang artinya:”Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
baginya penghidupan yang sempit (di dunia) dan Kami akan kumpulkan dia di hari
kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaahaa [20]: 124)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda dalam sebuah hadits:
Yang artinya: “Telah kutinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan
pernah tersesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad)
Dari sini bisa kita pahami bahwa kita wajib
menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup kita.
Al qur’an sebagai Landasan Hidup Muslim
Ada orang yang berpikir bahwa agama hanyalah meliputi ritual
yang terbatas pada waktu-waktu tertentu—bahwa hidup hanya terdiri atas waktu
sholat dan waktu lainnya. Mereka memikirkan Allah dan hidup setelah mati hanya
di saat mereka berdoa, berpuasa, bersedekah, atau naik haji ke Mekah. Di waktu
lain mereka tenggelam dalam urusan dunia. Hidup di dunia ini bagi mereka adalah
perjuangan tanpa arah yang jelas. Orang semacam itu hampir memisahkan diri dari
Al Qur'an sepenuhnya dan memiliki tujuan sendiri dalam hidup, pemahaman sendiri
mengenai akhlak, pandangan sendiri mengenai dunia dan pedoman nilainya. Mereka
tidak mengerti apa arti ajaran Al Qur'an sebenarnya.
Seseorang yang melaksanakan ajaran Al Qur'an dan mengikuti
Sunnah Rasulullah SAW sebagai pedoman hidup tentu akan menjalani hidup yang
sangat berbeda dengan orang yang bermental seperti kita sebutkan tadi. Orang
ini tidak akan lupa bahwa dia adalah bagian dari takdir yang Allah telah tetapkan
atasnya dan akan menjalani hidupnya dengan percaya dan berserah diri pada-Nya.
Dengan demikian, dia akan tahu bahwa dia tidak perlu khawatir, sedih, takut,
resah, pesimis atau tertekan; atau dikuasi oleh kepanikan pada saat kesulitan
menghadang. Dia percaya akan perlindungan dari
Allah,dia akan menghadapi semua yang datang kepadanya dengan cara yang Allah
tunjukkan dan izinkan. Semua perkataan, keputusan, dan tindakannya menunjukkan
bahwa dia hidup sesuai dengan Sunnah yang merupakan kerangka pengamalan dari
ajaran Al Qur'an. Baik di saat sedang berjalan, menyantap hidangan, pergi ke
sekolah, menuntut ilmu, mencari rejeki, berolah
raga, mengobrol, menonton televisi, atau mendengarkan musik, dia sadar bahwa
dia bertanggung jawab menjalankan hidupnya sesuai dengan rida Allah. Dia
menyelesaikan semua urusan sesuai amanat yang diembannya dengan sebaik-baiknya,
sekaligus berpikir bagaimana meraih rida Allah dalam urusan yang dikerjakannya.
Dia tidak pernah bertindak dengan cara yang tidak diperkenankan oleh Al Qur'an
dan berlawanan dengan Sunnah.
Orang yang beriman mengatur seluruh hidupnya sesuai dengan
Al Qur'an dan berjuang untuk melaksanakan dengan hati-hati setiap hari apa yang
telah dia baca dan pelajari dari ayat-ayat Al Qur'an. Dalam segala perbuatannya
sejak bangun di pagi hari sampai tidur di malam hari, dia berniat untuk
berpikir, berbicara, dan bertindak berdasarkan ajaran Al Qur'an. Allah
menunjukkan dalam Al Qur'an bahwa pengabdian seperti ini menjadi ciri utama
seluruh kehidupan orang beriman. Katakanlah: "sesungguhnya sembahyangku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam."
(QS Al An'am, 6:162)
Kondisi Kita Saat Ini Terhadap Al-Qur’an:
Sangat banyak sekali orang yang membaca Al-Qur’an, namun
anda tidak menemukan pengaruhnya pada prilaku, akhlak dan pergaulan mereka.
Bahkan sebaliknya anda temui sebagian mereka akhlaknya tidak terpuji, pergaulan
dan mu`amalatnya kasar dan kaku, baik terhadap keluarga, tetangga ataupun
terhadap orang lain. Padahal, demi Allah….. itu bukan akhlak dan prilaku yang
patut dimiliki oleh seorang muslim yang suka membaca dan menghayati Kitab Suci
Al-Qur’an? Lalu dimana pengaruh Al-Qur’an terhadap jiwa mereka.....???Bacaan
alqur’an mereka Cuma sebatas tenggorokan saja ..!!!!
Kondisi seperti itu tidak dianggap oleh mereka sebagai
kemungkaran dan pada gilirannya datanglah kekuasaan berikutnya yang menjadikan
bid`ah sebagai pengganti Sunnah, emosi sebagai pengganti akal, hawa nafsu
sebagai pengganti petunjuk, kesesatan sebagai pengganti hidayah, kemunkaran
sebagai pengganti yang ma`ruf, kebodohan sebagai pengganti ilmu, riya sebagai pengganti keikhlasan, kebatian
sebagai pengganti yang haq, dusta sebagai pengganti kejujuran, berpura-pura
sebagai pengganti nasihat dan kezhaliman sebagai pengganti keadilan.kekerasan
sebagai pengganti kasih sayang, Maka yang
dominan adalah perkara-perkara batil tersebut dan para pelakunya menjadi orang
yang dihormati, padahal seb elumnya yang ditegakkan adalah sebaliknya dan para
penegaknya mendapatkan acungan jempol dan pusat perhatian.
Dan setelah merenung dan memperhatikan tersebut, kita harus
berintrospeksi diri (muhasabah) lalu memaksanya untuk tunduk dan patuh kepada
Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad . Untuk merealisasikan itu semua,
kita harus memahami dan meyakini beberapa hikmah
dari diturunkannya Al-Qur’an Suci, yang jika kita telah mengetahui dan
mengamalkannya, maka urusan-urusan agama dan dunia kita niscaya menjadi baik.
Kita dapat menyimpulkan hikmah dan tuntutan Al-Qur’an
tersebut menjadi lima,yaitu :
· Membaca
Al-Qur’an sebagaimana diturunkan.
· Menghayati ayat-ayatNya.
·
Mengamalkannya.
· Sabar dalam
menjalankan segala perintah.dan meninggalkan yang di larangNya
. Berda`wah
untuk menjadikannya sebagai aturan kehidupan
Beberapa pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman
berdasarkan hadits-hadits shahih yang di kutip dari kitab Riyadush Shalihin :
1. Bersegera Berbuat
Amal Shalih
“Dari Abi Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Bersegeralah kalian melakukan amal-amal shalih, karena akan terjadi
fitnah (bencana) yang menyerupai malam yang gelap gulita, dimana ada seseorang
pada waktu pagi ia beriman tetapi pada sore harinya ia kafir, pada waktu sore
ia beriman tetapi pada pagi harinya ia kafir, ia menukar agama-nya dengan
sedikit keuntungan dunia’.” (HR. Muslim)
Rasulullah memberitahukan kita akan adanya masa fitnah, yang
saat itu seseorang pada pagi harinya masih beriman namun sore harinya telah kafir.
Mereka dengan mudahnya menanggalkan keimanan hanya karena keuntungan dunia yang
sedikit dan sesaat. Semoga kita terhindar dari masa fitnah tersebut. Mari kita
bersegera melakukan amal shalih yaitu amal yang ikhlas karena Allah ta’ala dan
sesuai tuntunan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah selagi kita masih sempat dan ada
waktu.
2. Mengikut Tuntunan
Allah dan Rasul-Nya dalam Beragama
“Dari ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Barangsiapa yang mengada-ada (membuat hal yang baru) dalam urusan
agama kita ini yang tidak ada dasar daripadanya, maka itu tertolak’.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Hadits ini dengan sangat tegas melarang kita membuat hal-hal
yang baru, baik amalan maupun pemahaman, dalam urusan agama Islam, yang sama sekali tidak dijelaskan baik
secara tersirat maupun tersurat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3. Beramal Ikhlas
Hanya Karena Allah Ta’ala
“Dari Amirul Mu’minin
Abu Hafsh ‘Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, saya mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Bahwasanya semua amal itu
tergantung niatnya, dan bahwasanya apa yang diperoleh oleh seseorang adalah
sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrah karena Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya akan diterima oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan
barangsiapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang akan
dinikahinya, maka hijrahnya itu hanya memperoleh apa yang diniatkannya dalam
hijrahnya tersebut’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits ini bisa kita pahami, sebanyak apapun amal yang
kita lakukan, jika tak diniatkan karena Allah ta’ala maka amal tersebut tak
akan diterima oleh Allah.
4. Istiqamah dalam
Keimanan
“Dari Abi ‘Amr, ada
yang mengatakan Abi ‘Amrah Sufyan ibn ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu, beliau
berkata, saya berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, wahai
Rasulullah, ajarkanlah kepada saya suatu ucapan yang mencakup tentang Islam,
yang saya tidak akan bisa menanyakan kepada selain Anda. Rasulullah menjawab,
‘Katakanlah saya telah beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah (dalam
pendirianmu tersebut)’.” (HR. Muslim)
Istiqamah maksudnya adalah teguh pendirian, tidak goyah oleh
masalah yang menghadang. Rasulullah mengajarkan kepada shahabat (dan tentu kepada
kita semua) untuk istiqamah dalam keimanan, istiqamah di jalan yang haq, yaitu
Agama Islam yang lurus.
5. Amar Ma’ruf Nahi
Munkar
“Dari Abu Sa’id
al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, saya mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa diantara kalian melihat
kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka ubahlah
dengan lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah
selemah-lemahnya iman’.” (HR. Muslim)
Ma’ruf maksudnya adalah segala hal yang diperintahkan oleh
Allah dan Rasul-Nya, dan munkar (kemungkaran) adalah segala kemaksiatan kepada
Allah dan Rasul-Nya. Amar ma’ruf maksudnya mengajak pada ketaatan kepada Allah
dan Rasul-Nya, sedangkan nahi munkar maksudnya mencegah orang untuk berbuat
kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita untuk mengubah kemungkaran, artinya menghilangkan
kemaksiatan yang ada dan mengubahnya menjadi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Perubahan itu dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
(1) mengubah dengan
tangan, maksudnya dengan kekuatan fisik, jika kita memang mampu
melakukannya dan tak mengakibatkan kemudharatan yang lebih besar. Ini adalah
hal pertama yang harus dilakukan terhadap kemungkaran. Berkaitan dengan
kemaksiatan atau kemungkaran sistemik, seperti bank ribawi, menjamurnya tempat
maksiat, merajalelanya khalwat dan ikhtilath, terbukanya aurat wanita di
tempat-tempat umum, diterapkannya hukum-hukum kufur oleh penguasa, maka ini
adalah tugas penguasa untuk mengubahnya. Penguasa atau pemerintah dengan
wewenang dan kekuatan yang dimiliki akan mampu mengubah semua kemaksiatan yang
terang-terangan tersebut. Kita berdoa kepada Allah semoga Allah membukakan
pintu hidayah kepada para penguasa untuk bersedia menerapkan hukum-hukum Allah
dan menghentikan seluruh kemaksiatan sistemik yang ada.
(2) jika cara pertama tak mampu dilakukan, maka perubahan
perlu dilakukan dengan lisan. Ini
bisa dilakukan oleh semua orang yang memiliki ilmu tentang apa yang haq dan apa
yang batil. Semua ulama, muballigh dan da’i wajib mengubah kemaksiatan dengan
lisan mereka, yaitu dengan menjelaskan kemaksiatan tersebut kepada umat dan
mengajak umat untuk menjauhinya, sekaligus memberi nasihat kepada pelaku maksiat
untuk menghentikan kemaksiatannya.
(3) jika cara kedua pun tak mampu dilakukan, karena
sedikitnya ilmu atau khawatir akan mendapat mudharat yang besar jika dilakukan,
minimal setiap orang harus mengubah kemungkaran tersebut melalui hatinya. Maksudnya, setiap orang harus mengingkari dan
tidak ridha terhadap kemaksiatan tersebut. Ini dikatakan Rasul sebagai
selemah-lemahnya iman.
Lalu bagaimana dengan
orang yang memfasilitasi dan melindungi kemaksiatan dan para pelaku
maksiat...???..Naudzhubillahimin dzalik..!!!!!
Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur’an
adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW.
Al-Qur’an dijaga dan dipelihara oleh Allah SWT, sesuai dengan firmannya sebagai
berikut:
”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al=Qur’an dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS 15:9)
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an. Kalau
sekiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan
pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS 4:82)
Kandungan Al-Qur’an,
antara lain adalah:
1. Pokok-pokok keimanan (tauhid) kepada Allah, keimanan
kepada malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, hari
akhir, qodli-qodor, dan sebagainya.
2. Prinsip-prinsip syari’ah sebagai dasar pijakan manusia
dalam hidup agar tidak salah jalan dan tetap dalam koridor yang benar bagaiman
amenjalin hubungan kepada Allah (hablun minallah, ibadah) dan (hablun minannas,
mu’amalah).
3. Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik
(basyir) dan ancaman siksa bagi yang berbuat dosa (nadzir).
4. Kisah-kisa sejarah, seperti kisah para nabi, para kaum
masyarakat terdahulu, baik yang berbuat benar maupun yang durhaka kepada Tuhan.
5. Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan:
astronomi, fisika, kimia, ilmu hukum, ilmu bumi, ekonomi, pertanian, kesehatan,
teknologi, sastra, budaya, sosiologi, psikologi, dan sebagainya.
Keutamaan Al-Qur’an
ditegaskan dalam Sabda Rasullullah, antara lain:
1. Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang
mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya
2. Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal)
Al-Qur’an (HR. Turmuzi)
3. Orang-orang yang mahir dengan Al-Qur’an adalah beserta
malaikat-malaikat yang suci dan mulia, sedangkan orang membaca Al-Qur’an dan
kurang fasih lidahnya berat dan sulit membetulkannya maka baginya dapat dua
pahala (HR. Muslim).
4. Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka
pelajarilah hidangan Allah tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).
5. Bacalah Al-Qur’an sebab di hari Kiamat nanti akan datang
Al-Qur’an sebagai penolong bagai pembacanya (HR. Turmuzi).
Al-Qur’an sebagai
Kalamullah.
Al-Qur’an adalah wahyu harfiah dari Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab dan membacanya adalah ibadah.
Sebagai Kalamullah, Al-Qur’an dalam bentuk aslinya berada dalam indu Al-Kitab
(Lauh Mahfuzh) dalam lindungan Tuhan. Lalu diturunkan kepada Nabi dalam bahasa
kaumnya (bahasa Arab).
Tuhan dalam menyampaikan firman-Nya kepada mansusia
dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1. Dengan wahyu
(langsung ke dalam hati Nabi)
2. Di belakang
tabir (wahyu diserap oleh indera Nabi tanpa melihat pemberi wahyu)
3. Dengan mengutus
malaikat (Jibril) yang membacakan wahyu.
Fungsi Al-Qur’an
antara lain adalah:
1. Menerangkan dan
menjelaskan (QS. 16:89; 44:4-5)
2. Al-Qur’an
kebenaran mutlak (Al-Haq) (QS. 2: 91, 76)
3. Pembenar
(membenarkan kitab-kitab sebelumnya) (QS. 2: 41, 91, 97; 3: 3; 5: 48; 6: 92;
10: 37; 35: 31; 46: 1; 12: 30)
4. Sebagai Furqon
(pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk)
5. Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44)
6. Sebagai pemberi
kabar gembira
7. Sebagai hidayah
atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203, dll)
8. Sebagai
peringatan
9. Sebagai cahaya
petunjuk (QS. 42: 52)
10. Sebagai pedoman
hidup (QS. 45: 20)
11. Sebagai
pelajaran
Al-Qur’an sebagai
Mukjizat
Mukjizat memiliki arti melemahkan, mengalahkan, atau membuat
tidak kuasa. Al-Qur’an sebagai mukjizat berarti ia dapat mengalahkan atai
melemahkan sehingga tida ada seorangpun yang kuasa melawannya. Mukjizat
tersebut dapat berupa keindahan susunan bahasanya dan dari kedalaman isinya.
Dari segi bahasa, Al-Qur’an, tidak ada seorang pun yang
dapat menandinginya. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an bukanlah buatan
manusia, melainkan murni wahyu dari Allah SWT. Terhadap orang-orang yang tidak
percaya kepada Al-Qur’an, Tuhan menantang mereka secara bertahap:
1. Menantang
mereka untuk menyusun karangan semacam Al-Qur’an secara keseluruhan
2. Kalau tak
bisa, silakan menyusun sepuluh surat saja semacam Al-Qur’an
3. Kalau tak
bisa, silakan menyusun satu surat saja
4. Jika tidak
bisa juga, Tuhan menantang manusia unti membuat sesuatu seperti atau lebih kurang sama dengan surat Al-Qur’an
Bagaimanapun usahanya, manusia tidak akan bisa dan pasti
tidak akan mampu untuk menyaingi Al-Qur’an.dari segi isi, susunan bahasa,
sastra, dan keindahannya, apa yang ada dalam Al-Qur’an bukan sekadar tanpa
makna. Makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an begitu luas. Ayat-ayatnya
selalu memberikan kemungkinan arti yang tak terbatas, dan selalu terbuka untuk
menerima interpretasi baru. Al-Qur’an telah disesuaikan (sudah pasti
disesuaikan) bagi seluruh zaman. Al-Qur’an berisi petunjuk agama atau syari’at,
dan mengandung mukjizat, tuntunan hidup di dunia dan hidup sesudah mati, serta berita-berita gaib,
seperti berita tentang manusia akan dibangkitkan di hari akhirat.
Al-Qur’an juga mengandung keterangan tentang isyarat-isyarat ilmiah. Seluruh
ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya berasal dari Al-Qur’an.
As-Sunnah
Sunnah dalam bahasa berarti tradisi, kebiasaan adat-istiadat.
Dalam terminologi Islam, sunnah berarti perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi
Muhammad SAW (af’al, aqwal, dan taqrir).
Dalam mengukur keotentikan suatu hadits (As-Sunnah), para
ahli telah menciptakan suatu ilmu yang dikenal dengan ”musthalah hadits”. Untuk
menguji validitas dan kebenaran suatu hadits, para muhadditsin menyeleksinya
dengan memperhatikan jumlah dan kualitas jaringan periwayat hadits tersebut
yang dengan sanaad.
Macam-macam As-Sunnah:
Ditinjau dari
bentuknya
1. Fi’li (perbuatan Nabi)
2. Qauli (perkataan Nabi)
3. Taqriri (persetujuan atau izin Nabi)
Ditinjau dari segi
jumlah orang-orang yang menyampaikannya
1. Mutawir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak
2. Masyhur, diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi tidak
sampai (jumlahnya) kepada derajat mutawir
3. Ahad, yang diriwayatkan oleh satu orang.
Ditinjau dari
kualitasnya
1. Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah
2. Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat shahih,
tetapi dari segi hafalan pembawaannya yang kurang baik.
3. Dhaif, yaitu hadits yang lemah
4. Maudhu’, yaitu hadits yang palsu.
Ditinjau dari segi
diterima atau tidaknya
1. Maqbul, yang diterima.
2. Mardud, yang ditolak.
Kedudukan As-Sunnah:
1. Sunnah adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an
2. Orang yang menyalahi Sunnah akan mendapat siksa (QS.
Al-Mujadilah, 58: 5)
3. Menjadikan Sunnah sebagai sumber hukum adalah tanda orang
yang beriman (QS. An-Nisa’, 4: 65)
Perbedaan Al-Qur’an dengan As-Sunnah:
1. Segala yang ditetapkan Al-Qur’an adalah absolut nilainya.
Sedangkan yang ditetapkan As-Sunnah tidak semuanya bernilai absolut. Ada yang
bersigat absolut, ada yang bersifat nisbi zhanni
2. Penerimaan seorang muslim terhadap Al-Qur’an adalah
dengan keyakinan. Sedangakan terhadap As-Sunnah, sebagian besar hanyalah zhanny
(dugaan-dugaan yang kuat).
Jadikan Al qur’an dan As sunnah pedoman hidup
Sebagai umat muslim, Al Quran dan As Sunnah adalah pedoman
tetap yang tidak dapat di gantikan oleh apapun juga. Al Quran sebagai kitab
suci umat Islam yang bernilai Robbani memiliki kandungan yang sangat menyeluruh
dan berlaku sepanjang masa bagi seluruh umat manusia. Yang akan memberikan
petunjuk bagi seluruh manusia yang beriman kepada Allah swt dan Al Quran,
sehingga tidak akan salah dan tersesat dalam menjalani kehidupan di dunia yang
fana ini. Sementara As Sunnah akan memberikan penjelasan-penjelasan secara
rinci mengenai kandungan Al Quran yang memang dapat dikatakan sebagai kitab
suci yang menggunakan bahasa sastra tingkat tinggi tersebut.
Kehidupan adalah sebuah perjalanan yang cukup panjang bagi
manusia, yang di dalamnya terdapat banyak peristiwa, permasalahan, dan berbagai
macam aktivitas yang harus di laluinya, suka atau tidak suka. Banyak hal-hal
baru yang senantiasa menanti manusia di hari esoknya. Oleh karena itu, manusia
hendaknya senantiasa mengintensifkan kontaknya dengan pedoman hidup mereka,
yaitu Al Quran dan as sunnah bagi umat muslim.
Sekian dulu dari saya,semoga ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.
bagi anda yang merasa mempunyai
beberapa masalah dalam kehidupan anda bisa melihat
Doa
Pelindung,Doa pengasihan,doa penyembuh dan pembuka rejeki yang di berikan dengan
ijazah khusus dapat anda lihat di Doa mustajab
Dengan harapan dari sekian banyak
jenis doa yang saya ijazahkan secara khusus ada yang sesuai dengan masalah
anda...amiin
Wasalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar