Salah satu amalan yang difardhu oleh Allah subhanahu Wata’ala adalah shalat 5 waktu. Dan
apabila kita telah melakukan sholat 5 waktu secara rutin maka ada baiknya kita
melakukan shalat shalat sunnah untuk memperbagus amalan kita.
Di antara rahmat Allah kepada hambanya adalah
bahwa Allah mensyari'atkan bagi setiap Kewajiban ada sunnah yang sejenis agar
orang mukmin bertambah imannya dengan melakukan
yang sunnah, dan menyempurnakan yang wajib pada hari kiamat, karena
kewajibankewajiban tersebut mungkin ada
yang kurang. Shalat ada yang wajib dan ada yang sunnah, puasa ada yang wajib
dan ada yang sunnah, demikian pula haji, sedekah
dan lainnya, dan seorang hamba senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan yang
sunnah-sunnah sehingga Allah mencintainya.
Ini merupakan karunia Allah kepada hambanya,
dimana Allah mensyari'atkan bagi mereka
sarana mendekatkan diri kepadanya, dan menjadikan perbuatan taat bervariasi
untuk meninggikan derajat mereka, dan
menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka, melipat gandakan kebaikan.
Keutamaan shalat sunat
Keutamaan shalat sunat sangatlah banyak dan
ada sebagian yang mempunyai keutamaan khusus misalnya shalat sunat dhuha,secara
garis besar keutamaan shalat sunat antara lain:
Pertama:
Akan Menutupi Kekurangan pada Shalat Wajib
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab
pada manusia di hari kiamat nanti adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata
kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu,
“Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika
shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika
dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah
hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah
berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang
ada pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya
akan diperlakukan seperti ini.” (HR. Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426 dan
Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kedua:
Dihapuskan dosa dan ditinggikan derajat
Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia
berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban –bekas budak Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam-, lalu aku berkata
padanya, ‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yang karenanya Allah memasukkanku
ke dalam surga’.” Atau Ma’dan berkata, “Aku berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan
padaku suatu amalan yang dicintai Allah’.” Ketika ditanya, Tsauban malah diam.
Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih
diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yang
ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
“Hendaklah engkau memperbanyak sujud
(perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud
karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan
dosamu’.” Lalu Ma’dan berkata, “Aku pun pernah bertemu Abu Darda’ dan bertanya
hal yang sama. Lalu sahabat Abu Darda’ menjawab sebagaimana yang dijawab oleh
Tsauban padaku.” (HR. Muslim no. 488). Imam Nawawi rahimahullah berkata,
“Hadits ini adalah dorongan untuk memperbanyak sujud dan yang dimaksud adalah
memperbanyak sujud dalam shalat.” (Syarh Shahih Muslim, 4: 205). Cara
memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan memperbanyak shalat sunnah.
Ketiga:
Akan dekat dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga
Dari Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami -radhiyallahu
‘anhu- dia berkata,
“Saya pernah bermalam bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku membawakan air wudhunya dan air untuk
hajatnya. Maka beliau berkata kepadaku, “Mintalah kepadaku.” Maka aku berkata,
“Aku hanya meminta agar aku bisa menjadi teman dekatmu di surga.” Beliau bertanya lagi, “Adakah permintaan yang
lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu saja.” Maka beliau menjawab, “Bantulah aku
untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud (memperbanyak
shalat).” (HR. Muslim no. 489)
Keempat:
Shalat adalah sebaik-baik amalan
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian
tidak dapat istiqomah dengan sempurna. Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian
yang paling utama adalah shalat. Tidak ada yang menjaga wudhu melainkan ia
adalah seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah no. 277 dan Ahmad 5: 276. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kelima:
Menggapai wali Allah yang terdepan
Orang yang rajin mengamalkan amalan sunnah
secara umum, maka ia akan menjadi wali Allah yang istimewa. Lalu apa yang
dimaksud wali Allah?
Allah Ta’ala berfirman dalam alqur’an:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu,
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus:
62-63)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
mengatakan,
“Setiap orang mukmin (beriman) dan bertakwa,
maka dialah wali Allah.” (Majmu’ Al Fatawa, 2: 224). Jadi wali Allah bukanlah
orang yang memiliki ilmu sakti, bisa terbang, memakai tasbih dan surban. Namun
yang dimaksud wali Allah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah sendiri dalam
surat Yunus di atas. “Syarat disebut wali Allah adalah beriman dan bertakwa”
(Majmu’ Al Fatawa, 6: 10). Jadi jika orang-orang yang disebut wali malah orang
yang tidak shalat dan gemar maksiat, maka itu bukanlah wali. Kalau mau disebut
wali, maka pantasnya dia disebut wali setan.
Perlu diketahui bahwa wali Allah ada dua
macam: (1) As Saabiquun Al Muqorrobun(wali Allah terdepan) dan (2) Al Abror
Ash-habul yamin(wali Allah pertengahan).
As saabiquun al muqorrobun adalah hamba Allah
yang selalu mendekatkan diri pada Allah dengan amalan sunnah di samping
melakukan yang wajib serta dia meninggalkan yang haram sekaligus yang makruh.
Al Abror ash-habul yamin adalah hamba Allah
yang hanya mendekatkan diri pada Allah dengan amalan yang wajib dan
meninggalkan yang haram, ia tidak membebani dirinya dengan amalan sunnah dan
tidak menahan diri dari berlebihan dalam yang mubah.
Mereka inilah yang disebutkan dalam firman
Allah Ta’ala,
“Apabila terjadi hari kiamat,tidak seorangpun
dapat berdusta tentang kejadiannya.(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan)
dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan
sedahsyat-dahsyatnya,dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,maka
jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu
golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri.
Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.Dan orang-orang yang beriman paling
dahulu. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah
kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,dan segolongan
kecil dari orang-orang yang kemudian.” (QS. Al Waqi’ah: 1-14) (Lihat Al furqon
baina awliyair rohman wa awliyaisy syaithon, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal.
51)
Keenam:
Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki dan tangannya,
serta doanya pun mustajab
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi
wali (kekasih)-Ku, maka Aku akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan
diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan
diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku
telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia
gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan
untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang,
memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon
sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR.
Bukhari no. 2506)
Macam Macam shalat sunat:
A.
Shalat sunnah yang disunnahkan dilakukan secara berjamaah
1. Shalat Idul Fitri
2. Shalat Idul Adha
Ibnu Abbas Ra. berkata: “Aku shalat Idul
Fithri bersama Rasulullah SAW dan Abu bakar dan Umar, beliau semua melakukan
shalat tersebut sebelum khutbah.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dilakukan 2 raka’at. Pada rakaat pertama
melakukan tujuh kali takbir (di luar Takbiratul Ihram) sebelum membaca Al-Fatihah, dan pada raka’at kedua melakukan lima kali
takbir sebelum membaca Al-Fatihah.
3. Shalat Kusuf (Gerhana Matahari)
4. Shalat Khusuf (Gerhana Bulan)
Ibrahim (putra Nabi SAW) meninggal dunia
bersamaan dengan terjadinya gerhana matahari. Beliau SAW bersabda:
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua
tanda di antara tanda-tanda (kebesaran) Allah SWT. Tidak terjadi gerhana karena
kematian seseorang, tidak juga karena kehidupan (kelahiran) seseorang. Apabila
kalian mengalaminya (gerhana), maka shalatlah dan berdoalah, sehingga (gerhana
itu) berakhir.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dari Abdullah ibnu Amr, bahwasannya Nabi SAW
memerintahkan seseorang untuk memanggil dengan panggilan “ashsholaatu jaami’ah”
(shalat didirikan dengan berjamaah). (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dilakukan dua rakaat, membaca Al-Fatihah dan
surah dua kali setiap raka’at, dan melakukan ruku’ dua kali setiap raka’at.
5. Shalat Istisqo’
Dari Ibnu Abbas Ra., bahwasannya Nabi SAW
shalat istisqo’ dua raka’at, seperti shalat ‘Id. (HR Imam Nasa’i, Abu Dawud,
Ibnu Majah, dan Tirmidzi)
Tata caranya seperti shalat ‘Id.
6. Shalat Tarawih
Dari ‘Aisyah Rda., bahwasannya Nabi Muhammad
SAW shalat di masjid pada suatu malam. Maka orang-orang kemudian mengikuti
shalat beliau. Nabi shalat (lagi di masjid) pada hari berikutnya, jamaah yang
mengikuti beliau bertambah banyak. Pada malam ketiga dan keempat, mereka
berkumpul (menunggu Rasulullah), namun Rasulullah SAW tidak keluar ke masjid.
Pada paginya Nabi SAW bersabda: “Aku mengetahui apa yang kalian kerjakan tadi
malam, namun aku tidak keluar karena sesungguhnya aku khawatir bahwa hal
(shalat) itu akan difardlukan kepada kalian.” ‘Aisyah Rda. berkata: “Semua itu
terjadi dalam bulan Ramadhan.” (HR Imam Muslim)
7. Shalat Witir yang mengiringi Shalat Tarawih
Adapun shalat witir di luar Ramadhan, maka
tidak disunnahkan berjamaah, karena Rasulullah SAW tidak pernah melakukannya.
B.
Shalat sunnah yang tidak disunnahkan berjamaah
1. Shalat Rawatib (Shalat yang mengiringi
Shalat Fardlu), terdiri dari:
a. 2 raka’at sebelum shubuh
b. 4 raka’at sebelum Dzuhur (atau Jum’at)
c. 4 raka’at sesudah Dzuhur (atau Jum’at)
d. 4 raka’at sebelum Ashar
e. 2 raka’at sebelum Maghrib
f. 2 raka’at sesudah Maghrib
g. 2 raka’at sebelum Isya’
h. 2 raka’at sesudah Isya’
2. Shalat Tahajjud (Qiyamullail)
Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 79, As-Sajdah
ayat 16 – 17, dan Al-Furqaan ayat 64. Dilakukan dua raka’at-dua raka’at dengan
jumlah raka’at tidak dibatasi.
Dari Ibnu Umar Ra. bahwa Nabi SAW bersabda:
“Shalat malam itu dua (raka’at)-dua (raka’at), apabila kamu mengira bahwa waktu
Shubuh sudah menjelang, maka witirlah dengan satu raka’at.” (HR Imam Bukhari
dan Muslim)
3. Shalat Witir di luar Ramadhan
Minimal satu raka’at dan maksimal 11 raka’at.
Lebih utama dilakukan 2 raka’at-2 raka’at, kemudian satu raka’at salam. Boleh
juga dilakukan seluruh raka’at sekaligus dengan satu kali Tasyahud dan salam.
Dari A’isyah Rda. Bahwasannya Rasulullah SAW
shalat malam 13 raka’at, dengan witir 5 raka’at di mana beliau Tasyahud (hanya)
di raka’at terakhir dan salam. (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Beliau juga pernah berwitir dengan tujuh dan
lima raka’at yang tidak dipisah dengan salam atau pun pembicaraan. (HR Imam
Muslim)
4. Shalat Dhuha
Dari A’isyah Rda., adalah Nabi SAW shalat
Dhuha 4 raka’at, tidak dipisah keduanya (tiap shalat 2 raka’at) dengan
pembicaraan.” (HR Abu Ya’la)
Dari Abu Hurairah Ra., bahwasannya Nabi pernah
Shalat Dhuha dengan dua raka’at (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dari Ummu Hani, bahwasannya Nabi SAW masuk
rumahnya (Ummu Hani) pada hari Fathu Makkah (dikuasainya Mekkah oleh Muslimin),
beliau shalat 12 raka’at, maka kata Ummu Hani: “Aku tidak pernah melihat shalat
yang lebih ringan daripada shalat (12 raka’at) itu, namun Nabi tetap
menyempurnakan ruku’ dan sujud beliau.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
5. Shalat Tahiyyatul Masjid
Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian masuk masjid, janganlah duduk
sehingga shalat dua raka’at.” (HR Jama’ah Ahli Hadits.
6. Shalat Taubat
Nabi SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba
yang berdosa, kemudian ia bangun berwudhu kemudian shalat dua raka’at dan
memohon ampunan kepada Allah, kecuali ia akan diampuni.” (HR Abu Dawud,
Tirmidzi, dan lain-lain)
7. Shalat Tasbih
Yaitu shalat empat raka’at di mana di setiap
raka’atnya setelah membaca Al-Fatihah dan Surah, orang yang shalat membaca:
Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallah wallaahu akbar sebanyak 15
kali, dan setiap ruku’, i’tidal, dua sujud, duduk di antara dua sujud, duduk
istirahah (sebelum berdiri dari raka’at pertama), dan duduk tasyahud (sebelum
membaca bacaan tasyahud) membaca sebanyak 10 kali (Total 75 kali setiap
raka’at). (HR Abu Dawud dan Ibnu Huzaimah)
8. Shalat Istikharah
Dari Jabir bin Abdillah berkata: “Adalah
Rasulullah SAW mengajari kami Istikharah dalam segala hal … beliau SAW
bersabda: ‘apabila salah seorang dari kalian berhasrat pada sesuatu, maka
shalatlah dua rakaat di luar shalat fardhu …dan menyebutkan perlunya’ …” (HR
Jama’ah Ahli Hadits kecuali Imam Muslim)
9. Shalat Hajat
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa
mempunyai hajat kepada Allah atau kepada seseorang, maka wudhulah dan baguskan
wudhu tersebut, kemudian shalatlah dua raka’at, setelah itu pujilah Allah,
bacalah shalawat atas Nabi SAW, dan berdoa …” (HR Tirmidzi dan
Ibnu Majah)
10. Shalat 2 rakaat di masjid sebelum pulang
ke rumah
Dari Ka’ab bin Malik: “Adalah Nabi SAW apabila
pulang dari bepergian, beliau menuju masjid dan shalat dulu dua raka’at.” (HR
Bukhari dan Muslim)
11. Shalat Awwabiin
Dari Ammar bin Yasir bahwa Nabi SAW bersabda:
“Barang siapa shalat setelah shalat Maghrib enam raka’at, maka diampuni
dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih lautan.” (HR Imam Thabrani)
Ibnu Majah, Ibnu Huzaimah, dan Tirmidzi
meriwayatkan hadits serupa dari Abu Hurairah Ra. Nabi SAW bersabda: “Barang
siapa shalat enam raka’at antara Maghrib dan Isya’, maka Allah mencatat baginya
pahala ibadah 12 tahun” (HR Imam Tirmidzi)
12. Shalat Sunnah Wudhu’
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa
berwudhu, ia menyempurnakan wudhunya, kemudian shalat dua raka’at, maka
diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
13. Shalat Sunnah Mutlaq
Nabi SAW berpesan kepada Abu Dzar al-Ghiffari
Ra.: “Shalat itu sebaik-baik perbuatan, baik sedikit maupun banyak.” (HR Ibnu
Majah)
Dari Abdullah bin Umar Ra.: “Nabi SAW
bertanya: ‘Apakah kamu berpuasa sepanjang siang?’ Aku menjawab: ’Ya.’ Beliau
bertanya lagi: ‘Dan kamu shalat sepanjang malam?’ Aku menjawab: ’Ya.’ Beliau
bersabda: ’Tetapi aku puasa dan berbuka, aku shalat tapi juga tidur, aku juga
menikah, barang siapa tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk
golonganku’.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits terakhir ini menunjukkan bahwa shalat
sunnah bisa dilakukan dengan jumlah raka’at yang tidak dibatasi, namun makruh
dilakukan sepanjang malam, karena Nabi sendiri tidak menganjurkannnya demikian.
Ada waktu untuk istirahat dan untuk istri/suami.
Kelebihan Shalat sunat malam
Semua shalat sunat mempunyai
keutamaan,terlebih lagi shalat sunat malam yang lebih di kenal dengan shalat
sunat tahajud dan witir karena di kerjakan pada malam hari yang mempunyai waktu
mustajab untuk berdoa..ada beberapa riwayat yang
berkaitan dengan shalat malam diantaranya berikut ini :
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu
mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.”
(QS.
Al-Isra’: 79).
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran. ” (QS. Az Zumar: 9).
Dari Jabir
berkata: aku mendengar rasulllah
sd: sesungguhnya di waktu malam ada satu saat dimana seorang hamba tidak
memohon kebaikan dunia dan akhirat kepada Allah
pada saat itu, kecuali Allah memberikannya, dan ini ada pada setiap
malam. (HR. Muslim).
Dari
Abu Hurairah bahwasanya rasulullah bersabda: setiap malam tuhan kita turun ke
langit dunia pada waktu sepertiga malam terakhir, Allah berkata: siapa yang
berdoa kepadaku maka akan aku kabulkan, siapa yang meminta kepadaku akan aku
berikan, siapa yang mohon ampun padaku maka aku akan memberi ampunan kepadanya.
(Muttafaq alaih).
٥
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan
adalah puasa pada bulan Allah –Muharram-. Sebaik-baik shalat setelah shalat
wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163, dari Abu Hurairah)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Hendaklah kalian melaksanakan qiyamul lail
(shalat malam) karena shalat amalan adalah kebiasaan orang sholih sebelum
kalian dan membuat kalian lebih dekat pada Allah. Shalat malam dapat
menghapuskan kesalahan dan dosa. ” (Lihat Al Irwa' no. 452. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Akhirul kalam marilah kita jaga shalat sunat
kita karena Shalat sunnah termasuk amalan yang mesti kita jaga dan rutinkan. Di
antara keutamaannya, shalat sunnah akan menutupi kekurangan pada shalat wajib.
Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada yang yakin shalat lima waktunya
dikerjakan sempurna. Kadang kita tidak konsentrasi, tidak khusyu’ (menghadirkan
hati), juga kadang tidak tawadhu’ (tenang) dalam shalat..Wallahu a’lam
Sekian dulu dari saya,semoga ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.
bagi anda yang merasa mempunyai
beberapa masalah dalam kehidupan anda bisa melihat
Doa
Pelindung,Doa pengasihan,doa penyembuh dan pembuka rejeki yang di berikan dengan
ijazah khusus dapat anda lihat di Doa mustajab
Dengan harapan dari sekian banyak
jenis doa yang saya ijazahkan secara khusus ada yang sesuai dengan masalah
anda...amiin
Wasalam
Fathul ahadi
1 komentar:
Kak..maaf jgn trsiggung, kenapa kk memposting doa2 mustajab dr leluhur ini di sosmed?
Apa keuntungan yg kk dapat? Jzkmllah..
Posting Komentar