Iman
akan memberikan pengaruh, buah dan akibat-akibat yang terpuji baik di dunia
maupun di akhirat kelak bila cahaya iman telah meresap dalam sanubari niscaya
akan mendatangkan keunikan-keunikan dalam aqidah, amal dan akhlak.
Maka barang siapa yang dikaruniai iman,
sungguh ia telah dikaruniai kebaikan yang sangat banyak dan tiada ternilai. bagi
orang yang memiliki kesempurnaan iman dan terbebas dari noda syirik maka
baginya rasa aman dan hidayah yang sempurna di dunia dan akherat. Dia meraih
semua keutamaan iman yang begitu besar, maka wajib bagi setiap muslim agar
senantiasa memikirkan bagaimana menambah iman dan amal shalih untuk mendapatkan
rasa aman dan hidayah sepanjang masa.
"Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia
mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia
Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman". (QS Al-Ahzab [33] : 43)
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam
bersabda, artinya:
”Sesungguhnya Allah
memberikan dunia kepada orang yang Dia cintai dan
orang yang tidak dicintai, dan Dia tidak memberikan iman kecuali kepada orang
yang Dia cintai. ”(HR al Hakim dari Ibnu Mas’ud).
Allah telah memberikan begitu banyak nikmat
kepada manusia. Tidak ada yang bisa menghitung nikmat-Nya. Namun di antara
sekian banyak nikmat tersebut yang paling utama dan mulia adalah nikmat Islam.
Islam adalah nikmat yang menyempurnakan nikmat-nikmat lainnya. Sehat, kuat, kaya, pandai, memiliki jabatan tinggi, dan populer
menjadi tidak berarti tanpa disertai dengan nikmat Islam. Islam menjadi hidup
ini terarah, lurus, dan membahagiakan baik di dunia dan akhirat. Seandainya ada
nikmat yang lebih sempurna daripada nikmat Islam tentu Allah akan memberikannya
kepada kita. Namun ternyata tidak ada nikmat yang melebihi nikmat islam.
Islam telah berhasil membentuk pribadi,
keluarga, dan komunitas yang istimewa. Bahkan Islam telah berhasil mengeluarkan
bangsa Arab dari kondisi jahiliyah dan buta huruf menjadi bangsa beradab yang
mengalahkan peradaban Persia dan Romawi serta memimpin dunia selama tujuh abad
lebih. Demikian kondisinya ketika mereka bersama Islam.
Karena Islam membangun individu dan masyarakat
dengan sebuah konsep integral. Masyarakat tidak akan maju tanpa ada soliditas
dan kerja sama yang kuat di antara mereka. Lalu solidaritas dan kerjasama itu
sulit terwujud tanpa adanya sikap saling percaya di antara mereka. Sementara
sikap saling percaya hanya bisa terwujud dengan adanya akhlak dan moralitas
yang mulia dari setiap anggotanya. Yakni jika setiap individu memiliki sikap
disiplin, amanah, jujur, mau berempati, sungguh-sungguh, dan memiliki berbagai akhlak mulia lainnya. Namun dari mana akhlak mulia itu
terbangun? Di mana moral yang baik itu bisa tumbuh dengan sempurna? Hanya dalam
iman, takwa, dan muraqabatullah (merasa diawasi oleh Allah) yang dipupuk dengan
berbagai macam ibadah mahdah kepada-Nya.
Beberapa Buah Dari Iman
Untuk memperoleh keimanan agar menetap di hati
nurani perlu perjuangan karena tidak sedikit orang yang sudah menyatakan iman
tapi akhirnya lenyap menjadi murtad, banyak sekali sahabat Rasul yang harus
mengorbankan jiwa serta raganya untuk mempertahankan imannya karena mereka
meraih iman itu dengan susah payah sebagai mana Amar bin Yasir, Mushaib bin
Umair, Bilal bin Rabah dan lain-lainnya.
Iman yang terhunjam di hati , terucap
dilisan dan teraplikasi melalui amal
menghasilkan sikap istiqamah yaitu suatu sikap komitmen yang tinggi terhadap
Islam tanpa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi. Iman yang demikian itu akan
membuahkan hasil diantaranya;
1.
Syukur
Orang yang beriman terhadap takdir Allah
mengetahui bahwa nikmat yang ada pada dirinya hanyalah dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala semata. Sesungguhnya Allah lah yang mampu untuk menghindarkan dari
seluruh hal yang dibenci dan dimurkai. Maka pengetahuannya tersebut membawanya
untuk mentauhidkan Allah dalam masalah syukur.
Jika menimpanya hal-hal yang disenanginya maka
ia akan bersyukur terhadap hal tersebut karena hal itu merupakan nikmat dan
keutamaan dari Allah.
Jika menimpanya hal-hal yang ia tidak senangi
maka ia pun bersabar dan tetap bersyukur atas
takdir Allah atas dirinya karena menahan amarah, mencegah caci maki,
memperhatikan adab dan bertindak sesuai dengan ilmu terhadap takdir Allah.
Karena sesungguhnya ilmu dan adab kepada Allah akan menggiring pemiliknya agar
bersyukur kepada Allah terhadap semua hal yang menimpanya baik yang ia senangi
ataupun yang ia benci. Walaupun syukur untuk hal yang kedua lebih berat dan
lebih sulit oleh karena itu syukur jenis ini lebih tinggi derajatnya
dibandingkan dengan syukur jenis yang pertama.
Allah Swt berfirman:
“Jika kalian bersyukur maka akan aku tambah
nikmatku”. ( QS. ‘Ibrohim [14] : 7).
2.
Ridho
Orang yang beriman terhadap takdir Allah
keadaannya dapat menjadi lebih mulia hingga tingkatan menjadi orang yang ridho.
Barangsiapa yang ridho terhadap Allah maka Allah pun akan meridhoinya bahkan
ridho seorang hamba terhadap Allah merupakan hasil dari ridho Allah pada hamba
tersebut. Ridho Allah kepada akan segera datang dengan dua bentuk,
[1].
Ridho Allah sebelumnya, yang menghasilkan ridho (hamba) kepada Allah .
[2]. Ridho Allah setelahnya yang merupakan
buah dari ridho Allah (kepada hamba )
Oleh karena itu ridho merupakan pintu Allah
yang paling agung, surga di dunia, kesenangan orang-orang yang menghambakan
diri pada Allah, penyejuk mata orang-orang yang merindukan pertemuan dengan
Tuhannya. Ibnul Qoyyim rohimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang hatinya
dipenuhi kecintaan terhadap takdir Allah maka Allah akan memenuhi hatinya
dengan merasa cukup, rasa aman, qona’ah, alirkan hatinya terhadap kecintaan
kepada Allah, merasa kembali kepadanya serta bertawakkal kepada Allah. Dan
barangsiapa yang hilang darinya sebagian ridho terhadap takdir Allah maka Allah
akan penuhi hatinya dengan sebaliknya, Allah akan membuatnya sibuk dari hal-hal
yang akan membahagiakannya”.
3.
Tawakkal
Tawakkal kepada Allah adalah inti ibadah,
tawakkal tidaklah benar dan lurus kecuali tawakkalnya orang yang beriman
terhadap takdir dengan iman yang benar. Tawakkal dalam istilah di dalam
syari’at maksudnya adalah mengahadapnya hati kepada Allah (ikhlas) ketika beramal, senantiasa memehon pertolongan
dari Allah dan hanya berpegang/bersandar kepada Allah semata. Maka inilah
rahasia dan hakikat tawakkal. Orang yang benar-benar melaksanakan tawakkal
kepada Allah adalah orang yang juga mengambil sebab-sebab yang diperintahkan
Allah, barangsiapa yang tidak mau mengambilnya maka tawakkalnya bukanlah
tawakkal yang benar.
Jika seorang hamba bertawakkal terhadap Tuhannya,
berserah diri kepadaNya, mempercayakan urusannya kepadaNya maka Allah akan
anugrahkan kepadanya kekuatan, keinginan yang kuat, kesabaran dan Allah akan
palingkan darinya malapetaka.
4.
Takut kepada Allah
Orang yang beriman terhadap takdir Allah, anda
akan temukan bahwa ia adalah orang yang senantiasa takut kepada Allah, khawatir
jangan-jangan ia mati dalam keadaan su’ul khotimah (akhir yang buruk) karena
dia tidaklah tahu apa yang akan terjadi padanya pada akhir hayatnya maka ia
tidak akan pernah merasa aman dari makar Allah.
Jika demikian maka ia akan menganggap amal
sholeh yang telah ia lakukan hanya sedikit sehingga ia tidak tertipu dengan
amal sholeh yang telah ia kerjakan. Karena sesungguhnya hati manusia berada
diantara jari jemari Allah Ar Rohman, yang hati tersebut Allah lah yang
membolak-baliknya seseuai dengan kehendakNya. Sedangkan akhir perbuatan
seseorang hanyalah Allah ‘Azza wa Jalla yang menentukan.
Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi was sallam bersabda yang artinya:
“Demi Allah sesungguhnya seseorang diantara
kalian ada yang beramal dengan amalan penghuni neraka hingga jarak antara dia
dan api neraka hanya satu hasta atau satu depa namun takdir telah mendahuluinya
lalu ia beramal dengan amalan penghuni surgasehingga ia masuk ke surga. Dan ada seorang yang beramal dengan amalan ahli
surga hingga jarak antara dirinya dan surga hanya satu atau dua hasta namun
takdir telah mendahuluinya maka ia beramal dengan amalan ahli neraka sehingga
memasukkannya ke neraka”.
5.
Roja’ (Rasa Harap) terhadap Allah
Orang yang beriman terhadap takdir adalah
orang yang berbaik sangka terhadap Allah, dan memiliki sikap roja’ yang kuat.
Hal ini karena ilmunya bahwa Allah tidaklah menetapkan suatu ketetapan kecuali
ketetapan tersebut berupa keadilan, kasih sayang atau bijaksana (penuh hikmah).
6.
Ikhlas
Iman terhadap takdir Allah akan menggiring
pelakunya kepada keikhlasan. Maka ikhlas ini akan menjadi faktor pendorong
baginya dalam seluruh amalnya dalam rangka melaksankan perintah Allah. Seorang
yang beriman akan menyakini bahwa segala perkara adalah perkara yang Allah
tentukan, semua kerajaan adalah milik Allah, kehendak Allah pasti terlaksana
dan hal yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terlaksana, tidak ada yang
dapat menolak keutamaan dari Allah, tidak juga ada yang dapat menetang
ketetapan Allah. Hal-hal ini akan menuntun orang yang mengimaninya kepada
ikhlas dalam beramal kepada Allah dan menyucikannya dari cacat dalam beramal
kepada Nya. Karena tidak adanya faktor pendorong untuk tidak ikhlas yang ada
pada dirinya.dan banyak lagi sifat sifat terpuji
yang dihasilkan oleh iman.
Keimanan juga memiliki banyak keutamaan antara lain:
1.
Melaksanakan Penghambaan Kepada Allah ‘Azza wa Jalla
Iman kepada takdir Allah merupakan bagian dari
ibadah kepada Allah dan merupakan bagian dari kesempurnaan hamba dalam perwujudan
peribadatan kepada Tuhannya. Setiap bertambahnya iman seorang hamba terhadap
takdir Allah maka bertambah dan semakin sempurna pula perwujudan peribadatannya
kepada Allah. Maka setiap hal yang ia alami baik merupakan hal yang ia benci
sesungguhnya akan menjadi kebaikan baginya dan ia kan mendapatkan pahala yang
sangat atasnya.
2.
Terbebas dari Kesyirikan
Majusi (para penyembah api) berkeyakinan bahwa
cahaya adalah pencipta kebaikan dan kegelapan adalah pencipta keburukan.
Sedangkan qodariyah berkeyakinan sesungguhnya Allah tidak menciptakan perbuatan
hamba namun hambalah yang menciptakan sendiri perbuatannya. Maka sebenarnya
mereka telah menetapkan/berkeyakinan bahwa ada dua pencipta bersama Allah ‘Azza
wa Jalla. Keyakinan sesat semacam ini adalah kesyirikan dan iman yang benar
terhadap takdir Allah ‘Azza wa Jalla merupakan tauhid kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Orang yang beriman terhadap takdir Allah
mengetahui bahwa seluruh yang ada terjadi di bawah kehendak Allah, mengikuti
ketentuan Allah. Allah adalah Dzat Yang Maha Memberi kepada siapa saja yang Dia
kehedaki dan Dia adalah Dzat Yang Maha Menahan kepada siapa saja yang Dia
kehendaki, tidak ada yang dapat menolak takdir dan hukum Allah. Hal ini
merupakan bentuk pentauhidan kepada Allah, sehingga orang yang memiliki
keyakinan semisal ini tidak akan mendekatkan dirinya dalam masalah ibadah
melainkan hanya kepada Allah dan terhindar dari perbuatan kesyirikan semisal
mengelus-elus kuburan orang sholeh (berharap hal tertentu akan terjadi
padanya).
3.
Mendapatkan Hidayah dan Tambahan Iman
Orang yang beriman kepada takdir Allah dengan
iman yang benar dan berarti ia telah merealisasikan tauhidnya, menambah
imannya, ia akan mendapatkan hidayah dari Tuhannya dengan mudah. Bahkan iman
kepada takdir Allah itu adalah bagian dari bentuk hidayah Allah baginya. Allah
‘Azza wa Jalla berfirman,
“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk,
Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya”. (
QS. Muhammad [47] : 17).
4. Ilmu
terhadap Hikmah Allah ‘Azza wa Jalla
Oleh karena itu banyak hal (yang wujudnya
terlihat sebagai keburukan ) yang terjadi pada kita lalu kita mengingkarinya
padahal hal tersebut baik untuk kita. Demikian juga banyak hal yang wujudnya
adalah kemaslahatan sehingga kita mencintainya padahal hal tersebut hikmahnya
(sebenarnya mudharat). Maka Dzat Yang Mengatur Manusia lebih mengetahui tentang
maslahat dan dampak apa yang Allah perintahkan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. ( QS. Al Baqoroh
[2] : 216).
5.Terbebasnya
Akal dari Keyakinan Bathil
Diantara hidayah yang akan didapat seseorang
yang beriman terhadap takdir Allah, iman bahwasanya hal yang terjadi di alam
semesta ini mengikuti takdir Allah ‘Azza wa Jalla, takdir Allah adalah sebuah
rahasia yang terkunci rapat yang tidak ada yang tahu kecuali Allah serta tidak
diperlihatkan kepada seseorang melainkan hanya kepada mahluk yang Allah ridhai
dari kalangan malaikat/rasul.
Dari sudut pandang ini maka anda akan dapati
seorang yang beriman kepada takdir Allah tidak akan percaya kepada dukun,
peramal dan tidak akan pergi mendatangi mereka. Dia tidak akan percaya
perkataan, kepalsuan mereka sehingga dia akan selamat dari palsunya perkataan
mereka kemudian dia akan terbebas dari keyakinan-keyakinan yang bathil dan
khurafat.
6.Kecintaan
Allah
Firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di
antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya.” (QS Al-Maidah:
54)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa iman
tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang ia cintai dan dipilih dari
kalangan manusia.
7.Keridhaan
Allah
Allah Berfirman Tentang Orang–Orang Mukmin:
“Allah ridha terhadap mereka dan merekapun
ridha kepadaNya.Yang demiki-an itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Rabbnya.” (QS Al-Bayyinah [98]: 8)
Sesuatu yang paling mulia dan agung didunia
adalah keridhaan Allah kepada seorang hamba. Apabila Allah telah meridhai
seorang hamba maka Dia akan menjadikanya hidup bahagia, meridhainya dan
meneguhkan hatinya diatas jalan yang lurus. Allah juga akan memudahkan
kepadanya kebaikan
dimanapun berada, kapanpun dan kemanapun ia
menuju. Allah meridhai-nya ketika di dunia dan setelah ia meninggalkan dunia.
8.Diberikan
perlindungan oleh Allah
Allah Ta'ala berfirman:
“Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (QS Al-An'am: 82)
Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan
kepada kita bahwa;
"barang siapa yang diberi taufik untuk
ikhlas dan tidak syirik maka berarti ia telah mendapatkan dua faedah yaitu rasa
aman yang sempurna dan hidayah di dunia dan akhirat".
9.Di
berikan keteguhan hati.
Firman Allah dalam surat:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.”
(QS Ibrahim [14]: 27)
Di antara musibah yang sangat besar adalah
berbolak-baliknya hati dari ketaatan kepada Allah. Akan tetapi ahlul iman
adalah orang-orang yang diberi keteguhan dan keyakinan yang mantap sehingga
fitnah apapun tidak akan berdampak negatif kepada mereka, ujian seberat apapun
tidak akan menggoyahkan mereka, sebab mereka berpegang teguh kepada tali Allah
yang kokoh.
10.Diberikan
hidayah dan rahmat
Allah ber firman:
“Dan barang siapa yang beriman kepada Allah,
niscaya Dia akan memberi pe-tunjuk kepada hatinya.” (QS At-Taghabun [64]: 11)
Petunjuk dan hidayah Allah adalah sempurna,
dalam segala kondisi dan urusan, hidayah yang tak teriringi oleh kesesatan.
11.Diberikan
nikmatnya taat dan manisnya bermunajat
Nabi Shallallaahu alaihi wasallam bersabda,
artinya:
”Telah merasakan
nikmat iman orang yang rela Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan
Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR Muslim).
Rasulullah memberitahukan bahwa iman memiliki
rasa nikmat, maka buah dari keridhaan adalah mencicipi nikmatnya iman.
12.mendapatkan
pembelaan dan keselamatan dari allah
Firman Allah:
“Sesungguhnya Allah membela oarang-orang yang
telah beriman.” (QS Al-Hajj [22]: 38)
As-Sa’diy berkata: ”Ini adalah pemberitahuan,
janji dan kabar gembira bagi orang-orang mukmin, bahwasanya Allah membela
mereka --karena iman mereka-- dari kejahatan orang-orang kafir, sikap was-was,
kejahatan jiwa dan amal-amal yang buruk. Dia juga meringankan
kesulitan-kesulitan mereka dengan seringan-ringannya, dan pembelaan ini menurut
kadar iman masing-masing.
Ahlul iman bila melakukan ketaatan maka akan
dimudahkan untuk melakukakan bentuk ketaatan yang lain.Hal ini disebabkan
karena Allah melapangkan dadanya dan memudah-kan perkaranya sehingga merasa
mudah dan ringan (karena taufik dari Allah) dalam menjalankan amal shalih yang
lain, maka akan terus bertambah amal seorang mukmin.
Firman Allah SWT;
“Adapun orang yang
memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa,dan membenarkan adanya pahala
yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang
mudah.” (QS Al-Lail [92]: 5-7)
Juga firman-Nya yang lain:
“Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami
tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu.” (Asy-Syura: 23)
13.iman
akan menghidupkan hati seorang hamba
Barang siapa beriman kepada Allah maka ia akan
selalu mengingatNya, hati dan fikirannya terfokus secara kuat terhadap akhirat.
Setiap kali muncul ketaatan ia bisa merasakan akibat-akibatnya yang mulia pada
hari kiamat, ketika muncul rasa malas dalam mengerjakan shalat misalnya maka ia
langsung ingat akan pahala dan buahnya di alam kubur maupun akhirat. Sehingga
akhirnya terpacu untuk memperbaiki diri dan memperbanyak ibadah, demikianlah
kondisi hati yang hidup dan berisikan keimanan.
14.malaikat
memohonkan ampunan bagi orang mukmin
Firman-Nya :
“(Malaikat-malaikat)
yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekililingnya bertasbih memuji
Rabbnya dan mereka beriman kepadaNya serta memintakan ampun bagi orang-orang
yang beriman.” (QS al-Ghafir [40]: 7)
15.syetan
tidak akan menguasai orang-orang mukmin
Firman Allah, artinya:
“Sesungguh-nya syaitan itu tidak ada
kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan ber-tawakkal kepada Rabbnya.”
(QS An-Nahl [16]: 99)
Allah memberitakan dalam kitab-Nya bahwa sebab
yang paling besar untuk melindungi kejahatan syetan adalah dengan berlindung kepada-Nya dan Dia
juga menjelaskan bahwa ada sebab lain yang paling kuat untuk melawannya yaitu membentengi
diri dengan iman dan tawakkal.
Iman adalah suatu sikap percaya yang
ter-ekpresi secara spontan dari lubuk jiwa manusia setelah dicobanya
menggunakan akal dan fikiran sampai pada keputusan akhir dimana akal dan
fikiran tidak dapat lagi mencapainya. Menyerah, bahwa memang ada SESUATU yang
maha dari segalanya yang sudah tidak dapat dicapai akal fikiran lagi. Sifat
menyerah inilah yang disebut dengan Islam. Oleh sebab itu, bertambah tinggi
perjalanan akal fikiran seseorang bertambah banyak hal yang dapat dicapai akal
fikirannya, pada akhirnya bertambah tinggi pulalah martabat keimanannya. Jika
dia seorang yang beragama Islam maka semakin tinggi iman Islam-nya. Wallahu a’lam.
Sekian dulu dari saya,semoga ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.
bagi anda yang merasa mempunyai
beberapa masalah dalam kehidupan anda bisa melihat
Doa
Pelindung,Doa pengasihan,doa penyembuh dan pembuka rejeki yang di berikan dengan
ijazah khusus dapat anda lihat di Doa mustajab
Dengan harapan dari sekian banyak
jenis doa yang saya ijazahkan secara khusus ada yang sesuai dengan masalah
anda...amiin
Wasalam
Fathul ahadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar